Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, walaupun Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (Fed) menaikkan suku bunga acuannya, pemerintah Indonesia harus tetap fokus memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan."Tapi dari sisi pemerintah, kita harus tunjukkan konsistensi memperbaiki defisit transaksi berjalan"
"Yang penting, kita harus tunjukkan bahwa kita akan terus berupaya memperbaiki masalah struktural defisit di transaksi berjalan," ujar Bambang di Jakarta, Kamis.
Bambang pun menyebut, kenaikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) memang sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar. Rupiah pun melemah terhadap dolar AS.
Baca juga: Ekonom: Kenaikan bunga The Fed sudah diantisipasi pasar
Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, bergerak melemah sebesar 17 poin menjadi Rp14.908 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.891 per dolar AS.
"Makanya terjadi pelemahan rupiah kan. Itu kan sesuatu yang sudah diantisipasi. Terkait arus modal, tentunya kita harus lihat bagaimana pandangan dari investment manager terhadap portfolio dari emerging markets, termasuk Indonesia," kata Bambang.
Baca juga: Aksi beli pasca-The Fed dongkrak penguatan IHSG
Saat ditanyakan apakah kenaikan suku bunga acuan The Fed perlu disikapi dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia BI 7-Days Reverse Repo Rate, Bambang mengatakan bank sentral tentunya punya pertimbangan tersendiri.
"Terserah otoritas moneter, mereka punya pertimbangan lain. Tapi dari sisi pemerintah, kita harus tunjukkan konsistensi memperbaiki defisit transaksi berjalan," ujar Bambang.
Baca juga: Akhirnya The Fed naikkan suku bunga untuk kali ketiga, ini alasannya
Baca juga: Sesuai prediksi, dolar menguat setelah The Fed naikkan suku bunga
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018