Komik Jepang mulai fokus pada tokoh orang tua

28 September 2018 19:28 WIB
Komik Jepang mulai fokus pada tokoh orang tua
Ilustrasi komik (Pixabay)
Jakarta (ANTARA News) - Populasi Jepang yang makin menua mengubah karakter-karakter dari komik di sana, memunculkan genre baru di mana orang tua bukan orang tak berdaya tapi protagonis yang bertualang, mencari teman dan kadang memiliki kencan luar biasa.

Permintaan cerita-cerita yang fokus pada orang tua telah meningkat di antara para pembaca, 27,7 persen orang Jepang berusia lebih tua dari 65 tahun, naik dari 21,5 persen hanya satu dekade lalu.

Pembaca di seluruh kalangan, kata penerbit, dari pensiunan yang mencari plot yang terasa dekat bagi mereka, hingga anak muda yang menyaksikan populasi makin menua, dengan kekhawatiran mengenai masa depan mereka kelak.

"Masalah sosial dan kekhawatiran yang berbeda meningkat ketika masyarakat fokus pada orang-orang muda, dan komik memperlihatkan realita populasi menua diminta baik dari pembaca atau penulis," kata Kaoru Endo, profesor sosiologi di Gakushuin University Tokyo.

Manga alias komik, baik yang cetak maupun digital, berhasil meraup 430 miliar yen pada 2017, berdasarkan data Research Institute for Publications. Orang-orang tua banyak ditemui di kehidupan sehari-hari, dari kereta yang berjubel manusia hingga kedai kopi.

Meski belum ada data tentang market share untuk komik yang fokus ceritanya pada orang tua, genre itu jelas berkembang. Delapan dari 11 komik populer, berdasarkan orang dalam di industri, mulai dipublikasikan setelah 2014. Tiga sisanya terbit pada 2017 dan 2018.

"Generasi di atas 60 tahun, yang menikmati komik pada masa muda mereka, sudah mencintai komik sejak kecil," ujar Endo seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Episode spesial anime "Detective Conan" akan tayang Januari 2019

Baca juga: Komikus "Chibi Maruko-chan" meninggal dunia


Yuki Ozawa, ilustrator "Sanju Mariko", mengenai janda 80 tahun yang menyelinap dari keluarga besar untuk tinggal sendirian dan menulis, berpikir lari dari kenyataan punya peran besar.

"Ketika kau menonton berita-berita tentang penuaan, banyak topik serius dan kelam. Itu membuat orang cemas," katanya pada Reuters.

"Banyak juga orang yang lajang, yang mungkin takkan pernah menikah dan selalu tinggal sendirian, dan ketika mereka merasa sedih mereka membaca Mariko dan merasa ada secercah harapan," ujar dia.

Secara virtual, tak ada topik yang tak dibahas dalam komik sejak media itu muncul pada 50 tahun lalu. Bahkan ada komik yang bercerita tentang gempa bumi dan tsunami 2011, termasuk kejadian di Fukushima.

Meski demikian, karakter-karakter lanjut usia kebanyakan figuran, berupa nenek yang penuh kasih, pasien yang butuh diurus perawat dan orang bijak.

Komik yang karakter utamanya lanjut usia, seperti serial awal 90-an mengenai band heavy metal yang anggotanya sudah tua,  tidak selalu menampilkan lansia sebagai orang normal.

"Ada lansia di komik, tapi dengan elemen kejutan. Dia mungkin tua tapi dia sangat pintar, pahlawan super yang nyentrik," kata Natsuki Nagata, asisten profesor sosiologi di Hyogo University of Teacher Education, Kobe. "Mereka jadi seperti spesies berbeda."

Namun contoh baru-baru ini, seperti “Metamorphoze no Engawa” (Veranda Metamorphosis) karya Kaori Tsurutani memberikan sentuhan humanis.

Dalam kisah itu, digambarkan persahabatan antara seorang janda dan remaja putri yang berteman lewat pesan teks, perjalanan ke kafe dan acara-acara penggemar komik. Karakter Mariko memang usianya sudah 80 tahun, tapi kesepian yang mendorongnya keluar rumah itu universal.

Baca juga: Manga "The Promised Neverland" clue album baru BTS

Baca juga: Kafe bertema komik "Topeng Kaca" dibuka di Osaka

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018