Dokter spesialis kedokteran olahraga dari klinik Medifit, dr. Sophia Hage, SpKO, mengatakan jenis olahraga yang perlu mereka lakukan tergantung tahapan demensia yang diderita dan kemampuan motorik mereka.
"Tergantung tahap demensianya. Kalau masih tahap dini, masih bisa melakukan gerakan-gerakan yang bentuknya olahraga, misalkan senam atau jalan kaki," ujar dia di Jakarta, Jumat.
Sophia menyarankan gerakan-gerakan menyilang dari setengah tubuh, atau anggota tubuh bagian kanan yakni tangan kanan dan kaki kanan dan sebaliknya.
"Karena komunikasi otak motorik kiri dan kanan itu berbeda. Jadi alat gerak kiri atau tangan dan kaki bagian kiri yang mengatur itu otak kanan. Sementara sebaliknya, kalau bagian kanan yang digerakan, yang berfungsi itu otak kiri," papar dia.
"Ini bisa melibatkan seluruh bagian otak. Jadi bukan hanya satu sisi bagian otak, tetapi seluruh bagian otak saling terkoneksi," sambung Sophia.
Lain halnya bila tahapan demensia sudah mengarah ke lanjut. Lagi-lagi, tergantung pada gerakan yang masih bisa dia lakukan.
"Kadang-kadang dia sudah tidak bisa jalan kaki sendiri, sehingga yang bisa dilakukan adalah melakukan semacam pok ame-ame. Itu gerakan koordinasi yang masih memicu sel-sel otak berkomunikasi," kata Sophia.
Kalaupun dia sudah tak mampu bergerak sendiri, caregiver atau orang yang mengurusnya bisa membantu, misalnya untuk gerakan mudah seperti sekedar menangkap bola atau bantal.
"Dosisnya, paling tidak setiap hari dan sebisa mungkin setengah jam atau lebih. Stimulasi motorik itu penting untuk meningkatkan kualitas hidupnya," pungkas Sophia.
Baca juga: Cara hidup sehat bagi lansia agar tidak demensia
Baca juga: Membedakan pelupa dan demensia
Baca juga: Awas, kesepian bisa picu pikun
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018