Seoul dan regenerasi kota

29 September 2018 10:58 WIB
Seoul dan regenerasi kota
Pemandangan Kota Seoul dari atap Dasi Sewoon Shopping Center yang sudah direvitalisasi, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)
Jakarta (ANTARA News) - Istilah “urban regeneration” atau regenerasi kota saat ini jadi hal penting untuk kota-kota maju dunia termasuk Seoul, Korea Selatan.

Sejak tahun 2017, pemerintah Kota Metropolitan Seoul mulai membalikkan identitasnya dengan lebih fokus pada regenerasi kota alih-alih membangun ulang bangunan kotanya.
 
Wisatawan hendak mengunjungi Taman Budaya Mapo Oil Tank, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


"Seoul adalah kota yang punya sejarah 2000 tahun, dan dalam proses modernisasinya banyak bangunan yang dihancurkan. Kini kami berupaya membangun konsep regenerasi, seperti Seoullo 7017 yang dulunya adalah jalan tol sekarang dijadikan jalan untuk pejalan kaki," kata  Wali Kota Seoul Park Won-soon di Seoul beberapa waktu lalu.

Park menambahkan inti regenerasi kota yang dilakukan Seoul adalah terus berupaya melakukan modernisasi namun tetap menjaga sejarah kota.

"Dengan demikian, kita dapat menjaga sejarah dan terus mengupayakan modernisasi, seluruh kota di Asia saya pikir melakukan hal yang sama untuk menjaga sejarah mereka," katanya.

Setidaknya ada 131 bangunan kota yang di regenerasi sejak 2107. Dua di antaranya adalah Taman Budaya Mapo Oil Tank dan pasar pusat elektronik Dasi Sewoon Shopping Center.


Taman Budaya Mapo Oil Tank

Seoul tak melulu soal pusat belanja kosmetik Myeongdong atau Dongdaemun.

Seoul ternyata juga punya destinasi wisata unik yang dulu sempat jadi tempat rahasia dengan pengamanan ekstra ketat; Mapo Oil Tank Culture Park dulunya adalah situs rahasia dengan tingkat keamanan kelas tinggi.

Bahkan sebagian warga yang tinggal di sekitar dsitrik Mapo-gu tak tahu bahwa di kaki gunung Maebongsan itu ada berpuluh ribu cadangan minyak yang disimpan di dalam tangki-tangki raksasa.

Dulu, fasilitas penyimpanan minyak itu mulai beroperasi sekitar 40 tahun lalu sebagai reaksi atas adanya krisis minyak Timur Tengah di tahun 1973. Pemerintah Korea Selatan takut kehabisan cadangan minyak jadi mereka mulai membangun fasilitas penyimpanan minyak,

Lima tangki raksasa setinggi 15 meter dan lebar 15 sampai 38 meter menampung 69,07 juta liter minyak secara keseluruhan.
 
Seorang wisatawan mengelilingi tangki nomor 6 di Taman Budaya Mapo Oil Tank pada Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


Namun, pada akhir 1990, Stadion Piala Dunia Seoul dibangun di dekat fasilitas itu dan FIFA menyatakan fasilitas itu berbahaya untuk penyelenggaraan Piala Dunia akhirnya fasilitas itu ditutup.

Untuk beberapa saat, tangki-tangki raksasa itu ditelantarkan. Sampai akhirnya pada 2013 Pemerintah Kota Seoul mulai mengubah fasilitas itu.
 
Stadion Piala Dunia Seoul, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


Pemerintah kota masih mempertahankan bentuk asli tangki dan dinding-dinding pelindungnya.

Sekarang kelima tangki raksasa yang bentuknya mirip pesawat angkasa alien itu jadi tempat pertunjukan atau pameran. Sementara bagian halaman luar jadi ruang seni warga yang asri.

Tangki 5 dijadikan semacam museum berisi memorabilia dari para pekerja yang membangun tangki serta video wawancara dalam film dokumenter orang-orang yang membangun kembali tempat itu menjadi taman budaya.

Tangki 4 yang dulunya berisi minyak tanah sekarang jadi semacam panggung pertunjukan dengan akustik dan pencahayaan yang bagus.
 
Isi ruangan salah satu tangki di Taman Budaya Mapo, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


Tangki 3 adalah tangki asli yang masih dipertahankan bentuknya. Tangki 2 juga menjadi panggung pertunjukan indoor. Tangki 1 adalah tangki terkecil yang dulunya untuk menyimpan bensin. Tangki aslinya sudah dipindah namun tembok pelindungnya masih disisakan sementara atap dan dindingnya dibangun ulang dari kaca, warga biasanya melakukan yoga dan kelas meditasi di sana dengan pemandangan Gunung Maebongsan.

Tangki 6 adalah tangki terbaru yang kini dijadikan pusat aktivitas komunitas, pusat informasi, kafe-kafe yang dibangun dari material bahan bekas.


Dasi Sewoon Shopping Center

Sewoon Shopping Center atau pusat belanja Sewoon yang dibangun 1968 dulunya disebut-sebut sebagai Silicon Valley-nya Korea namun mengalami kemunduran seiring dengan terbangunnya area Gangnam pada 1970-an dan Yongsan Electronics Shopping Center pada 1987.

Orang bisa membeli komponen elektronik hingga spare parts elektronik, kamera hingga perlengkapan audio di sana.
 
Pusat perbelanjaan Dasi Sewoon, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


Namun alih-alih menghancurkannya, pemerintah kota Seoul membangun ulang Sewoon Shopping Center pada 2014 menjadi sebuah area inovasi bagi industri manufaktur.

Intinya adalah menjadikan distrik pusat belanja Sewoon kembali didatangi orang untuk berkumpul atau sekedar nongkrong.
 
Patung robot raksasa di Dasi Sewoon Shopping Center, Selasa (18/9/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)


Beberapa fasilitas yang dibangun selain membangun infrastruktur pusat belanja adalah membangun Sewoon Square yang menghubungkan sisi Utara dan Selatan melalui jembatan pejalan kaki.

Atap gedung pusat belanja pun disulap menjadi sebuah tempat nongkrong nyaman di mana disediakan bangku-bangku untuk duduk santai dengan pemandangan kota yang penuh gedung dan bangunan warna-warni.

Baca juga: Seoul City Hall, balai kota untuk rakyat

Baca juga: Wali Kota Seoul terkesan dengan gaya Presiden Jokowi

Baca juga: Seoul rangkul Pyongyang untuk Olimpiade 2032

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018