ACT kerahkan relawan ke Donggala

29 September 2018 17:53 WIB
ACT kerahkan relawan ke Donggala
Sejumlah pasien luka berat dan jenazah yang berada di halaman Rumah Sakit Budi Agung usai pascagempa yang melanda Kota palu dan kabupaten Donggala, Sulawesi Tenggah, Sabtu (29/9). (Foto ANTARA/Rolex Malaha). (ANTARA/FFoto: Rolex Malaha.)

Untuk sementara relawan yang dibutuhkan memang masih tenaga medis dan rescue untuk membantu evakuasi

Yogyakarta (ANTARA News) - Lembaga Filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengerahkan 50 personel relawan ke Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah yang telah diguncang gempa bumi dan tsunami pada Jumat (28/9).

 "Ke-50 relawan yang kami berangkatkan terdiri dari relawan medis dan rescue yang telah menempuh perjalanan darat selama 20 jam dari Makassar," kata Kepala Cabang ACT DIY, Agus Budi Haryadi saat acara Gathering Mitra ACT di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Agus, puluhan relawan ACT terpaksa menempuh perjalanan darat karena saat pemberangkatan bandara di Palu masih ditutup. Setelah tiba di Palu dan Donggala, mereka langsung berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan pemetaan aksi kedaruratan.

"Untuk sementara relawan yang dibutuhkan memang masih tenaga medis dan rescue untuk membantu evakuasi. Relawan yang diberangkatkan juga masih berasal dari wilayah Banjarmasin, Makassar, dan Samarinda. (Relawan) dari Jawa masih menunggu kebutuhan selanjutnya," kata dia.

Meski telah mengerahkan bantuan relawan ke Palu dan Donggala, menurut Agus, hingga saat ini sebagian besar relawan ACT juga masih terus menjalankan berbagai aksi kemanusiaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Peristiwa kedaruratan luar biasa di Palu, tidak lantas membuat kami meninggalkan Lombok. Banyak masyarakat yang menganggap kondisi di Lombok sudah baik padahal belum," kata Agus.

Baca juga: Aliran bantuan ke Palu-Donggala belum lancar karena akses sulit

Menurut Head of Partnership ACT DIY Bagus Suryanto, kondisi di Lombok hingga saat ini masih belum berubah. Sebagian besar korban bencana di Lombok, masih membutuhkan bantuan beragam fasilitas sandang, pangan, dan tempat tinggal.

"Sampai sekarang masyarakat di Lombok masih tinggal di tenda-tenda darurat dan tendanya pun tidak layak karena sebagian besar bangunan di Lombok sudah hancur. Satu tenda bahkan terpaksa ditempati 10 kepala keluarga (KK)," kata Bagus.

Bagus mengatakan meski tidak lagi melakukan upaya penyelamatan dan evakusi, saat ini relawan ACT di Lombok terus berfokus melanjutkan bantuan kesehatan, pemulihan trauma, pemenuhan kebetuhan pangan, serta berbagai upaya pemulihan pascagempa seperti pembangunan fasilitas rumah darurat, sekolah darurat, dan masjid darurat.

Ia menyebutkan dari 417.529 jiwa pengungsi di Lombok, ACT baru mampu memberikan bantuan 12.000 porsi makanan setiap hari dari 143 dapur umum yang sudah ada sejak 29 Juli 2018.

"Setelah gempa berkali-kali, sumber air di Lombok juga menjadi tertutup sehingga sulit menemukan air. Selain itu malaria dan penyakit kulit juga banyak menimpa pengungsi di sana," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, hingga saat ini ACT masih terus menggalang donasi untuk membantu para pengungsi Lombok sekaligus untuk membantu warga terdampak bencana di Palu, Donggala, dan Mamuju.

"Pada 14 Oktober kami akan menggelar konser amal di Jogja Expo Center (JEC) dengan mendatangkan Opic," kata dia.

Baca juga: BNPB: korban gempa di Palu tambah jadi 384 orang
 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018