"Rencananya hari Senin kami mau mengadakan Psychological First Aid (PFA), teman-teman, seluruh karyawan Dompet Dhuafa kami latih untuk menjadi pendamping pemulihan trauma, termasuk mereka yang sebelumnya sudah bertugas di Lombok. Banyak korban butuh pendamping agar dapat termotivasi pulih dari musibah," kata Humas Dompet Dhuafa Jakarta Bani Kiswanti saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, pihak Dompet Dhuafa juga mengajak masyarakat yang ingin bergabung menjadi relawan, khususnya mereka dengan latar belakang ilmu psikologi, atau psikososial.
"Kami membuka kesempatan untuk masyarakat luas yang ingin bergabung menjadi relawan PFA, terutama dari kampus-kampus yang punya sumber daya di bidang psikologi. Otomatis pascagempa, korban butuh banyak bantuan," terang Bani.
Bani menerangkan, bagi masyarakat, khususnya mahasiswa dengan latar keilmuan psikologi yang berminaf mendaftar sebagai relawan PFA dapat langsung menghubungi Dompet Dhuafa.
"Nanti setelah tim selesai monitoring (melakukan penilaian awal bencana), relawan PFA akan dirujuk ke lokasi-lokasi yang telah ditentukan, di antaranya wilayah yang dianggap vital dan dianggap perlu ada pendampingan dari PFA," tambahnya.
Sementara ini, tim Dompet Dhuafa menilai wilayah vital terletak di sepanjang daerah pesisir.
"Banyak korban, dan orang yang masih belum ditemukan di wilayah pesisir. Kami (Dompet Dhuafa) masih fokus untuk mapping (pemetaan) di sana, di antaranya juga di areal sekitar Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Pattimura (di Kecamatan Palu Timur)," tambahnya.
Perkembangan saat ini, ia melanjutkan, banyak warga panik karena mereka dilaporkan melihat air bercampur lumpur dan gas.
"Akan tetapi, fenomena semacam itu wajar ditemukan di wilayah bekas gempa. Saat gempa terjadi di Aceh dan Lombok, gejala semacam itu juga ditemukan, mungkin butuh edukasi dari pemerintah dan masyarakat pemerhati geologi agar tidak ada informasi rancu dan kepanikan massa," jelas Bani.
Sesaat gempa berkeluatan 7,4 Skala Richter (SR) dan gelombang tsunami menerjang Palu, Donggala, serta wilayah pesisir di Sulawesi Barat, Jumat, Dompet Dhuafa langsung mengerahkan tim siaga bencana dari Jakarta, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan untuk berangkat ke lokasi bencana.
"Sudah bergerak (tim siaga bencana), sampai sekarang ada tim dari tiga wilayah. Dari Sulawesi Selatan sudah berangkat sejak Sabtu dan tiba Minggu pagi. Ada sekitar 15 orang, terdiri atas dokter, relawan, petugas Disaster Management Center (Pusat Manajemen Bencana), dan surveyor," kata Bani.
Sementara itu, tim dari Kalimantan Timur telah berangkat Sabtu via laut, dan dikabarkan tiba Selasa (2/10).
"Untuk tim dari Jakarta, berangkat hari ini (Minggu), tetapi sebagian bantuan sudah disalurkan melalui jalur laut dari Balikpapan, dan jalur darat dari Sulawesi Selatan," sebut Bani seraya menambahkan, bantuan yang diserahkan meliputi perlengkapan medis, ambulans, obat-obatan, selimut, logistik, air bersih, tenda darurat, genset untuk penerangan, dan kebutuhan mendasar lainnya.
Gempa berkuatan 6 Skala Richter mengguncang donggala di kedalaman 10 kilometer pada pukul 14.00 WIB, Jumat, tidak lama guncangan lebih besar berkekuatan 7,4 SR kembali terjadi pada pukul 17.02 WIB.
Lima menit pasca gempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan peringatan dini Tsunami dengan status siaga di areal pantai barat Donggala, dan di Kota Palu bagian barat.
Sekitar pukul 17.22 WIB, gelombang Tsunami pun menerjang areal pantai di Donggala, dan pada pukul 17.37 WIB, BMKG pun mencabut peringatan dini Tsunami di wilayah tersebut.
Hingga saat ini, korban jiwa sudah mencapai ratusan orang, pelabuhan dan bandara dikabarkan rusak, sehingga bantuan disalurkan melalui akses jalan darat dari utara di Gorontalo, atau dari selatan di Sulawesi Selatan.
***4***
Baca juga: Kementerian ESDM kirim tim tanggap darurat dampak gempa
Baca juga: Pemerintah bentuk satgas tanggap darurat
Baca juga: Lima pemda tetapkan tanggap darurat pascagempa Sulteng
(T. KR-GNT/
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018