"Kegigihan Fauzan membuahkan hasil ketika dinyatakan lulus untuk mengikuti pendidikan Secaba Unggulan TNI AD 2018," kata Pangdam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subiyanto di Banjarmasin, Minggu.
Menurut Subiyanto, meski berstatus juara dunia karate tradisional (ITKF) di Praha, Ceko pada awal 2018, Fauzan mengikuti seluruh tahapan seleksi yang ketat bersama dengan peserta lainnya.
Seleksi Secaba Unggulan digelar untuk menjaring seluruh warga negara Indonesia yang memiliki prestasi di berbagai bidang, baik di tingkat Provinsi, Nasional maupun tingkat Internasional. Seperti halnya Fauzan sebagai atlet karate yang berprestasi di kejuaraan dunia.
Fauzan pun melalui tahapan dengan baik dan dinyatakan lulus saat pantaukhir yang dipimpin Aspers Kasad.
Alhasil, pemuda 21 tahun itu akhirnya dapat memenuhi janjinya kepada kedua orang tuanya dan juga Pangdam untuk menjadi anggota TNI Angkatan Darat.
Keberhasilan Fauzan ini pun turut membuat bangga Kolonel Inf Yudianto Putrajaya. Mantan Komandan Korem 101/Antasari inilah yang pertama kali jadi sosok paling berjasa bagi Fauzan.
Putrajaya yang kala itu menjabat Danrem mengundang Fauzan bersama pelatihnya Mustafa ke kediaman dinasnya di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin pada Senin (16/7) malam. Putra menjadikan Fauzan anak asuh dan disiapkannya menjadi prajurit.
Sosok Fauzan Noor viral di media sosial dan diperbincangkan warganet pada pertengahan Juli 2018 karena kisahnya yang
memilukan. Di kancah Karate, sosok Fauzan sangat berprberprestai. Ia keluar sebagai juara dalam Kejuaraan Karate Tradisional Asia Ocenia 2017 di IPDN Jatinangor, Jawa Barat, pada 12-13 Agustus 2017. Ia pun lalu mengikuti kejuaraan dunia.
Putra pasangan Adnan Firdaus (60) dan Jamariyah (56) itu berangkat ke Eropa Praha dibiayai seorang karate senior dari Cheska tanpa ada bantuan dari pejabat terkait di Indonesia.
Di final, Fauzan yang bertinggi badan 162,5 centimeter dan berat sekitar 62 kilogram, berhasil mengalahkan karateka tuan rumah yang tubuhnya jauh lebih tinggi dan besar.
Raksasa Eropa dari Cheska itu tumbang dari Fauzan dalam pertarungan tanpa menggunakan sarung tangan, tanpa pelindung kepala, mulut, dan tubuh. Untuk karate versi ITKF, petarung memang tidak menggunakan pelindung, termasuk tak mengenal pembagian kelas berdasarkan berat badan.
Usai memenangi kejuaraan dunia karate tradisional (ITKF) di Praha, Ceko, kehidupan Fauzan tetap sederhana dan tidak ada yang memberikan perhatian apalagi hadiah.
Bahkan saat melamar menjadi anggota Satpol PP di Banjarmasin pun dia ditolak, termasuk tidak ada tawaran dari TNI/Polri atau Kementerian serta Pemda untuk menjadi PNS.
Sehari-hari Fauzan dia hanya bekerja sebagai pelayan toko di Banjarmasin.(G007).
Baca juga: Dibutuhkan lembaga khusus untuk urus para juara, kata Anang Hermansyah
Pewarta: Gunawan Wibisono
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018