• Beranda
  • Berita
  • Round up - Jaringan komunikasi pulih, Mendagri klarifikasi penjarahan

Round up - Jaringan komunikasi pulih, Mendagri klarifikasi penjarahan

30 September 2018 21:23 WIB
Round up - Jaringan komunikasi pulih, Mendagri klarifikasi penjarahan
Sejumalah warga menunggu giliran untuk dievakuasi ke Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menggunakan pesawat Hercules di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). ANTARA FOTO/Akbar Tado/ama
Jakarta (ANTARA News) - Jaringan komunikasi dan pasokan listrik untuk masyarakat di Palu, Sulawesi Tengah, mulai berangsur pulih setelah terputus akibat bencana gempa bumi 7,4 SR dan tsunami.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan menambah pasokan telepon satelit sebanyak 100 unit ke Kota Palu, Kabupaten Donggala dan sekitarnya, yang dijadwalkan tiba pada Senin (1/10).

Sesaat setelah gempa bumi, yang disusul dengan tsunami, terjadi di Donggala, Kementerian Kominfo mengirimkan 30 unit telepon satelit karena lebih dari 500 menara BTS (base transreceiver station) tidak berfungsi akibat tidak adanya pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Akibatnya, pada Jumat malam (28/9) dan Sabtu (30/9), komunikasi dari Palu dan Donggala sangat terbatas. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengamini keterbatasan tersebut karena penyedia layanan komunikasi terbatas.

"Belum bisa rutin mengirim kabar, karena telekomunikasi belum normal. Hanya (sinyal) XL yang bisa, yang lain belum optimal," kata Mendagri melalui pesan singkat yang diterima Antara di Jakarta, Minggu siang.

Sementara itu, Menkominfo Rudiantara mengatakan keterbatasan jaringan fiber optik tidak dapat diandalkan mengingat pasokan listrik di area terdampak gempa terputus. Kalau pun terdapat pasokan listrik, tidak langsung dapat menyebabkan menara BTS aktif.

"Pada umumnya, dua sampai empat jam setelah listrik masuk itu - kalau tidak ada masalah dengan towernya, kalau tidak retak dan gedungnya tidak roboh - towernya dalam dua sampai empat jam bisa diaktivasi lagi," kata Rudiantara.

Akibat gempa bumi dan tsunami melanda Donggala dan Palu, tidak semua wilayah di Sulawesi Tengah mengalami putus jaringan komunikasi. Rudiantara mengatakan di kediaman dinas Gubernur Longki Djanggola, jaringan 4G masih jalan karena menara BTS di sekitarnya masih berfungsi. Namun, ketika berada di jarak 500 meter dari kediaman dinas Gubernur tersebut, sinyal kembali hilang.

Sementara itu berdasarkan laporan Antara dari Palu, PT Telkom dan Telkomsel juga berangsur membaik Minggu petang. Kepala Wilayah Telkom Sulawesi Tengah Jusran Holleh mengatakan akses jaringan tersebut belum sepenuhnya merata di seluruh wilayah Sulawesi Tengah, karena pihaknya masih melakukan perbaikan teknis.

PT Telkom juga telah menambah jaringan WiFi di wilayah ibu kota Palu, Donggala, Ampana, Banggai, Luwuk, Marisa, Parigi dan Poso dengan menggunakan SSID "Telkom Peduli".

Sementara itu, PT PLN (Persero) memastikan pasokan listrik untuk Kota Palu dan sekitarnya yang terdampak gempa bumi dapat segera pulih secara bertahap. Direktur Bisnis Regional Sulawesi Syamsul Huda mengatakan mesin pembangkit diesel di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Silae merupakan pembangkit yang paling memungkinkan untuk segera diperbaiki dan dioperasikan.

"Juga beberapa penyulang yang tidak mengalami kerusakan parah, kami upayakan maksimal untuk segera dapat mensuplai listrik Kota Palu dan sekitarnya," kata Huda.

Untuk sejumlah rumah sakit dan posko bantuan, PLN juga telah menerjunkan sedikitnya 12 genset dan ditambah 10 genset bantuan dari Manado, yang dapat dimanfaatkan untuk mengaliri listrik penerangan.

"Kami berharap mobil pengangkut genset yang lainnya bisa segera tiba, baik di Palu dan Donggala, untuk menambah suplai tambahan penerangan warga. Saat ini pergerakannya terus kami pantau untuk memastikan baik genset maupun alat berat bisa tiba di lokasi dengan selamat dan cepat," lanjutnya.

PT PLN mengirimkan 125 personel tim gabungan dari regional Sulawesi secara bertahap sejak Jumat petang. Tim gabungan tersebut bertugas untuk memperbaiki sejumlah pembangkit listrik di wilayah terdampak gempa guna memulihkan pasokan listrik.

Mendagri Klarifikasi Penjarahan

Akibat dari distribusi bantuan yang belum tiba sehari setelah bencana, warga masyarakat sekitar mulai gelisah sehingga terpaksa mengambil makanan dan minuman dari toko yang tidak dijaga. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, yang menyaksikan langsung masyarakat mengambil makanan dan minuman dari toko tersebut, membantah aksi tersebut merupakan bentuk penjarahan.

Mendagri meminta masyarakat memahami kondisi warga pengungsi dan korban bencana yang kehilangan keluarga dan harta benda mereka akibat gempa bumi dan tsunami.

"Memang kemarin, Sabtu itu, kondisinya darurat betul. Bandara kondisi runtuh, tidak ada yang menunggu, listrik mati. Halaman Bandara buat pengungsi. Ada toko di Bandara yang rusak akibat gempa, makanan dan minuman berhamburan kemudian diambil masyarakat. Jadi bukan penjarahan, saya melihat kejadian itu," kata Mendagri dalam pesan singkatnya yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Mendagri menceritakan saat meninjau masyarakat korban bencana, warga memerlukan bantuan mendesak berupa makanan dan minuman. Namun, kondisi saat itu semua bangunan toko runtuh dan aliran listrik mati.

"Dalam rapat saya minta pemda untuk memfasilitasi beli minuman dan makanan di toko yang jual, berikan dulu kepada pengungsi dan yang dirawat di rumah sakit. Cari yang punya toko, dibeli dulu, dan saya minta pengawalan Satpol PP dan polisi, kemudian dibagikan makanan tersebut," kata Tjahjo dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Minggu.

Tjahjo melanjutkan, saat kejadian tersebut, beberapa bantuan baru masuk ke Palu pada malam harinya dari daerah sekitar. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan mendesak pengungsi dan korban bencana, Mendagri dan sejumlah pejabat yang sedang berada di Palu bergotong royong mengumpulkan uang untuk membeli makanan dan minuman bagi masyarakat.

"Kondisi darurat, makanan dan minuman belum masuk, toko tutup; (jadi) ya membantu masyarakat yang perlu makan dan minum. Dan saya minta langsung ke Gubernur (Sulteng Longki Djanggola) membeli minuman dari toko yang tutup, (menggunakan) uang gotong royong, saya ikut membeli juga," ujarnya.

Hingga Minggu sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu sebanyak 832 jiwa, dengan keterangan 821 orang meninggal di Palu dan 11 orang di Donggala. Ratusan korban meninggal di Palu disebabkan tertimpa reruntuhan bangunan, sementara korban meninggal di Donggala akibat terkena terjangan gelombang tsunami.

Pemakaman massal bagi korban meninggal juga mulai dilakukan secara bertahap, Minggu, dengan pertimbangan kondisi jenazah harus segera dimakamkan serta dampak bagi kesehatan warga. Untuk korban luka, BNPB mencatat sedikitnya 540 warga dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Palu.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018