Priyo mengaku dua pekan lalu memohon kepada pemerintah agar mengimbau pemutaran kembali film itu, kendati hal itu tidak dikabulkan sehingga Partai Berkarya menggelar nonton bareng di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Minggu malam.
"Sudah sejak dua pekan lalu, sebagai Sekjen Partai Berkarya, saya berharap dan memohon Presiden Jokowi atau pemerintah agar berkenan mengimbau stasiun televisi untuk memutar bareng film ini," kata Priyo di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Minggu.
Kendati usulan itu tidak direspons pemerintah, Priyo tidak kecewa dan memilih menggelar nonton bareng bersama 570 calon anggota legislatif dan masyarakat.
"Tapi usulan kami tidak direspon. Tidak apa-apa juga karena hari ini kami sebagai parpol menyelenggarakan pemutaran film ini," kata dia.
Ia pun mengakui bahwa film ini mengandung pro dan kontra terkait fakta sejarah kejadian G30S. Kendati demikian, ia berharap masyarakat bisa mengambil garis besar dalam film ini yaitu sebuah situasi politik suram yang tak boleh terulang.
"Bahwa ada sebagian ilmuan dan kelompok tertentu, mempertanyakan adalah hal yang wajar," katanya.
"Kritik itu tak apa-apa, diperbaiki juga tidak apa-apa, tapi esensi dari keseluruhan film itu bahwa ada masa kelam di negeri ini," ucap Priyo.
Selain itu, Priyo menyatakan Partai Berkarya siap apabila pemutaran kembali film ini menuai kritik dari sejumlah elemen masyarakat.
"Kami berterima kasih atas kritik itu. Tapi izinkanlah kami, Partai Berkarya sebagai elemen politik ingin menyerukan kepada masyarakat untuk nonton bareng secara nasional," pungkas dia.
Pantauan Antara di lokasi, para anggota Partai Berkarya memadati gedung pertunjukkan bersama sejumlah masyarakat umum.
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto juga terlihat di kerumunan para anggota partai yang mayoritas mengenakan kemeja berkelir kuning.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018