Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen PAS Kemenkumham) Sri Puguh Budi Utami mengungkapkan kronologi kaburnya para narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Palu, Sulawesi Tengah, akibat gempa 7,4 skala righter pada Jumat (28/9).Tak lama, tiba-tiba air keluar dari dalam tanah. Meraka akhirnya kabur melalui blok yang roboh."
"Awalnya kondusif, para narapidana dikumpulkan di lapangan dan para petugas di tengah lapangan," ungkap Utami saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Dirjen PAS yang baru balik Minggu (30/9) malam dari Palu ini menceritakan bahwa para narapidana mulai panik setelah pagar ambruk dan berlanjut dua blok bangunan Lapas runtuh.
"Tak lama, tiba-tiba air keluar dari dalam tanah. Meraka akhirnya kabur melalui blok yang roboh," kata Utami.
Dia juga mengungkapkan kaburnya para narapidana ini juga akibat mendengar ambruknya bangunan Hotel Roa-Roa yang berjarak sekitar 50 meter ini membuat mereka panik takut tertimpa bangunan Lapas.
Utami juga mengungkapkan bahwa tidak ada korban jiwa dari tahanan dan narapidana akibat bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala ini.
Utami mengungkapkan sebanyak 1.420 tahanan dan narapidana yang kabur itu diantaranya dari Lapas Palu sebanyak 515 orang (581 narapidana hanya tersisa 66 orang), Rutan Palu sebanyak 410 tahanan (diisi 463 tahanan yang tersisa hanya 53 orang), Lembaga Pemasyarakatan khusus Perempuan (LPP) Palu sebanyak 72 narapidana (diisi 83 narapidana ditambah tiga bayi tersisa senbilan orang), Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palu 24 orang (diisi 29 anak tinggal lima warga binaan) dan Lapas Donggala 342 narapidana kabur semua.
Utami menjelaskan bahwa kaburnya para tahanan dan narapidana ini karena secara naluriah butuh keselamatan jiwa dan juga khawatir keadaan keluarga mereka di luar.
Saat ini terdapat 15 UPT di wilayah Sulawesi Tengah dan delapan diantaranya terkena dampak gempa. Total penghuni di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 3.220 dan yang berada di luar saat ini sebanyak 1.420, sehingga yang tersisa 1.795 narapidana dan tahanan.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018