Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan kondisi padang lamun Indonesia tergolong kurang sehat akibat dominasi aktivitas manusia yang bersifat merusak lingkungan atau antropogenik.Kondisi lamun dinyatakan sehat jika persentase tutupan lamun lebih dari 60 persen
"Secara umum persentase tutupan lamun di Indonesia adalah 42,23 persen," kata peneliti padang lamun Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Nurul Dhewani Mirah Sjafrie dalam acara penyampaian status padang lamun Indonesia 2018 di Kantor Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta Utara, Senin.
Menurut Keputusan Menteri (Kepmen) Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, maka persentase tutupan lamun 42,23 persen itu menggambarkan kondisi kurang sehat.
Kondisi lamun dinyatakan sehat jika persentase tutupan lamun lebih dari 60 persen, kurang sehat jika persentase persentase lamun sebesar 30-59,9 persen, dan kondisi miskin dengan persentase 0-29,9 persen.
Berdasarkan hasil penelitian LIPI, kecenderungan status padang lamun Indonesia pada tiga tahun belakangan ini adalah kurang sehat, yakni 46 persen tutupan lamun pada 2015, 37,68 persen tutupan lamun pada 2016 dan 42,23 persen tutupan lamun pada 2017.
Nurul menuturkan pada laporan penelitian yang diluncurkan pada 2018, daerah yang tergolong miskin tutupan lamun adalah Batam, Bangka Belitung, Kendari dan Lampung.
Daerah yang tergolong kurang sehat kondisi lamunnya adalah Bintan, Makassar, Biak, Nias Utara, Selayar, Wakatobi, Buton.?
Sedangkan hanya ada dua lokasi yang kondisi lamunnya tergolong sehat yakni Maumere/Sikka dan Halmahera/Ternate.
Sebagai Wali Data Lamun, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI saat ini telah mencatat data terbaru baru luasan lamun di Indonesia yakni 293.464 hektare.
Pada 2016, padang lamun di Indonesia seluas 150.693 hektare. Pada 2017, luas padang lamun yang dihitung itu menjadi 293.464 hektare. Angka itu menunjukkan peningkatan luas sebesar 142.771 hektare. Nilai tersebut menggambarkan 16-35 persen luas lamun Indonesia dari potensi luasan yang ada.
Peningkatan itu terjadi karena penambahan data dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, badan Informasi Geospasial dan the Nature Conservation.
Deputi Bidang Kebumian LIPI Zainal arifin mengatakan 60 persen pencemaran lingkungan di Indonesia berasal dari daratan.
Dia menuturkan kegiatan manusia telah menyebabkan padang lamun mengalami kerusakan. Aktivitas manusia itu antara lain pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan ekosistem dan penggalian pasir.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah mengatakan acara itu merupakan deklarasi pemberian informasi kepada masyarakat tentang kondisi dan status padang lamun Indonesia 2018.
"Pusat Penelitian Oseanigrafi harus melakukan semacam pemberian informasi kepada masyarakat tentang kondisi status dari seagraass maupun terumbu karang," tuturnya.
Hasil yang disampaikan itu merupakan hasil diskusi atau data-data yang diperoleh dari banyak pihak dan penelitian berdasarkan metodologi yang sudah disepakati.
"Kami yakin ke depan angka ini akan nambah terus ke depan ini," katanya.
Baca juga: LIPI: padang lamun Indonesia kurang sehat
Ekosistem lamun berfungsi sebagai habitat biota laut seperti ikan, teripang, kuda laut, kekerangan, penyu dan dugong. Selain itu, ekosistem lamun berfungsi sebagai tempat pembesaran, pemijahan, mencari makan biota laut.
Lamun juga berfungsi sebagai penyaring sedimen, penstabil substrat, meredam gelombang dan juga sebagai penyerap karbondioksida (CO2).
Secara ekonomi, ekosistem lamun memberikan sumber pendapatan bagi para nelayan tradisional berupa hasil tangkapan, yaitu ikan, rajungan, teripang dan kekerangan.
Penurunan luas padang lamun di Indonesia disebabkan oleh faktor alami dan hasil aktivitas manusia terutama di lingkungan pesisir. Faktor alami antara lain gelombang dan arus yang kuat, badai, gempa bu tsunami.
Sementara itu, kegiatan manusia yang berkontribusi terhadap penurunan area padang lamun adalah reklamasi pantai, pengerukan dan penambangan pasir, serta pencemaran.
Sebagai contoh tutupan lamun di Pulau Pari di Kepulauan Seribu telah berkurang sebesar 25 persen dari 1999 hingga 2004 diduga akibat maraknya pembangunan di pulau itu.
Dari hasil penelitian LIPI, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii adalah jenis lamun yang sering ditemukan di perairan Indonesia.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018