Pada Senin siang, di sepanjang jalur Pasangkayu Sulawesi Barat menuju Donggala sebagian warga yang tinggal di kawasan pesisir terlihat membuat tenda di samping rumah mereka. Ada juga yang membangun tenda-tenda di daerah yang lebih tinggi.
Beberapa warga mengaku lebih tenang tidur di tenda dibandingkan di dalam rumah karena khawatir gempa dan tsunami datang lagi.
"Walaupun rumah saya tidak terlalu parah dan masih bisa ditempati, tapi saya lebih tenang tidur di dalam tenda," kata Wiah, seorang warga Donggala.
Selain menyebabkan sebagian rumah dan bangunan rusak, gempa dan tsunami juga menyisakan retakan pada beberapa titik jalan menuju Donggala. Sejumlah tiang listrik pada sisi kanan jalur Pasangkayu-Donggala juga terlihat nyaris roboh.
Di jalan trans-nasional itu juga terlihat antrean panjang warga di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Selain pengendara kendaraan roda dua dan roda empat, ada ratusan warga yang mengantre membawa jerigen di dua SPBU di jalur Pasangkayu-Donggala.
"Kami terpaksa membeli BBM pakai jerigen untuk menghidupkan genset karena sampai saat ini aliran listrik di Donggala masih terputus," kata seorang warga Donggala yang ikut mengantre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).
Di samping itu, di beberapa titik sebelum memasuki wilayah kota Donggala, warga terlihat berdiri di pinggir jalan meminta bantuan dari setiap pengendara yang melintas.
Baca juga: Jumlah pengungsi korban gempa capai 59.450 orang
Baca juga: Pusat perniagaan Donggala hancur
Pewarta: Amirullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018