• Beranda
  • Berita
  • LIPI: masyarakat perlu disadarkan soal mitigasi bencana

LIPI: masyarakat perlu disadarkan soal mitigasi bencana

2 Oktober 2018 10:26 WIB
LIPI: masyarakat perlu disadarkan soal mitigasi bencana
Pasukan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menjalani apel kesiapsiagaan sebelum diberangkatkan ke Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat malam (29/9/2018). Pasukan Kostrad tersebut akan diberangkatkan ke Donggala, menggunakan pesawat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara. FOTO/Rini Utami
Jakarta  (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko mengatakan masyarakat perlu disadarkan lagi soal mitigasi bencana mengingat Indonesia sangat rawan terkena bencana.

"Fakta ini harus diyakini agar masyarakat Indonesia siap menghadapi segala kemungkinan bencana," kata Handoko dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa.

Indonesia menjadi pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Selain itu Indonesia juga terletak di kawasan sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.

Menurut Handoko, yang paling penting adalah mempersiapkan masyarakat agar selalu siaga melalui penyadaran publik mengenai mitigasi bencana, salah satunya lewat publikasi temuan ilmiah tentang kebencanaan.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto menyatakan, sampai saat ini belum ada satu pun teknologi di dunia yang mampu secara akurat dan presisi memprediksi kapan datangnya bencana, terutama gempa bumi.

"Jika ada pendapat yang menyatakan mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi beserta kekuatan magnitudonya, bisa dipastikan itu adalah hoaks," tandasnya.

Terkait gempa dan tsunami Palu, Eko menjelaskan, letak Palu berada di atas sesar Palu Koro.

"Sesar Palu Koro adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua bagian barat dan timur. Sesar ini mempunyai pergerakan aktif dan menjadi perhatian para peneliti geologi," ujarnya.

Menurut Eko, fakta ini seharusnya menjadikan kesiapsiagaan dan kewaspadaan bencana sebagai perhatian agar dampak buruk dapat diminimalisasi.

Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 SR mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9). Gempa tersebut menyebabkan gelombang tsunami yang terjadi di pantai Palu dengan ketinggian 0,5 sampai 1,5 meter, di pantai Donggala kurang dari 50 sentimeter, dan pantai Mamuju dengan ketinggian 6 sentimeter.

Catatan sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Senin (1/10) siang, menyebutkan 844 korban meninggal dunia dalam bencana tersebut.

Baca juga: BPPT perkenalkan SIJagat dan SIKuat hadapi gempa bumi
Baca juga: BNPB : masyarakat tingkatkan kesiapsiagaan hadapi gempa

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018