Jakarta, (ANTARA News) - Pantau Gambut --koalisi 23 lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus memantau restorasi dan perlindungan gambut di Indonesia-- mengatakan sebagian besar kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi di wilayah moratorium dan restorasi gambut.Adanya titik-titik panas di area prioritas dan moratorium menjadi mata uji dari upaya restorasi dan implementasi kebijakan perlindungan gambut.
"Sebagian besar titik panas ditemukan pada area prioritas dan atau area moratorium," kata Ketua Simpul Jaringan Nasional Pantau Gambut Teguh Surya, Jakarta, Selasa.
Pantau Gambut mencatat, titik panas di dalam area prioritas dan atau moratorium mencapai 57 persen dari jumlah yang muncul pada periode 1-31 Agustus yang terjadi .
Pantau Gambut pada Selasa (2/10) meluncurkan kajian bertajuk Persimpangan Jalan Restorasi Gambut: Analisis dan Temuan Lapangan Karhutla 2018 di Area Restorasi.
"Adanya titik-titik panas di area prioritas dan moratorium menjadi mata uji dari upaya restorasi dan implementasi kebijakan perlindungan gambut," katanya.
Dari hasil analisis titik panas pada periode 1-31 Agustus 2018 dan peninjauan lapangan, Pantau Gambut mengatakan 43 persen titik panas terjadi di wilayah bukan area prioritas dan bukan moratorium, tujuh persen di wilayah prioritas dan moratorium, 14 persen di area prioritas bukan moratorium dan 36 persen di area moratorium bukan prioritas.
Pantau Gambut mengatakan terjadinya titik panas dan karhutla disebabkan oleh implementasi restorasi belum efektif dan penegakan hukum dan peraturan yang masih lemah.
Dari hasil analisis itu, Pantau Gambut merekomendasikan sejumlah hal untuk peningkatan penanganan restorasi gambut, yaitu pemantauan dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala terhadap dampak dan kondisi infrastruktur restorasi gambut, pencegahan dan penanganan karhutla.
Kemudian, penegakan hukum dan peraturan secara transparan dalam penanganan karhutla di wilayah konsesi perusahaan, serta koordinasi antara kementerian dan lembaga serta antara pusat dan daerah harus ditingkatkan untuk pelaksanaan yang lebih efektif dan efisien.
Sebagai sebuah inisiatif independen dari 23 LSM di Indonesia, Pantau Gambut memanfaatkan teknologi, kolaborasi data dan jaringan masyarakat untuk memberikan informasi dan meningkatkan partisipasi publik dalam memastikan keberhasilan komitmen restorasi gambut yang dilakukan seluruh pihak terkait.*
Baca juga: 127 titik panas terpantau di Sumatera
Baca juga: BPPD kerahkan tiga helikopter padamkan kebakaran hutan Indragiri Hilir
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018