"Cerita penganiayaan itu membuat banyak pihak, baik politisi hingga aktivis akhirnya, mengeluarkan suara karena menganggap apa yang disampaikan Ratna Sarumpaet adalah benar. Kebohongan ini tentunya bisa berdampak luas lantaran banyaknya pihak yang ikut membela karena menganggap benar," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu,
Politikus Partai NasDem ini juga mengapresasi Polri yang proaktif menelusuri kebenaran kabar penganiayaan yang menimpa Ratna Sarumpaet tersebut.
"Ini menandakan Polri aktif membaca dinamika dan kegelisahan yang berpotensi lebih luas di masyarakat, terlebih mejelang Pemilu serentak 2019," kata Sahroni yang kembali maju sebagai calon legislatif dari daerah pemilihan III Jakarta ini.
Belajar dari kasus Ratna Sarumpaet, Sahroni kembali mengingatkan masyarakat Indonesia, termasuk koleganya di parlemen, untuk tak serta merta menelan informasi yang diterimanya.
Terkait dengan Pilpres 2019, ia mengimbau dua kubu pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menggunakan materi kampanye yang baik dengan tak saling menyerang atau memfitnah satu sama lain.
"Jangan gunakan cara kotor dengan menyebar kebencian ataupun fitnah yang membuat kegelisahan di masyarakat. Ayo kampanyekan program, bukan dengan menjelekkan kubu lawan," pesan pria yang lekat dengan sebutan Anak Priok ini.
Dalam kesempatan yang sama Sahroni mengingatkan, Indonesia sedang berduka dengan berbagai rentetan bencana gempa bumi dan tsunami. Ia meminta para penebar hoaks untuk menghentikan kejahilannya.
"Duka akibat bencana gempa di NTB, Donggala, hingga Palu yang disertai tsunami masih dirasakan masyarakat. Jangan lagi tambah kedukaan itu dengan keresahan akibat pernyataan ataupun infomasi menyesatkan yang dapat membuat masyarakat Indonesia saling curiga satu sama lain," tegas Sahroni.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018