Menurut laporan Reuters, ia bersumpah tidak akan melupakan tempat orang-orang Afrika ditawan itu --sebelum dikirim jauh dan mengalami kesulitan lebih lanjut, kebanyakan menyeberangi Atlantik.
"Ini sangat menyentuh. Saya tidak akan melupakan pengalaman luar biasa dan cerita yang saya dengar," katanya setelah melihat ruang bawah tanah dan berjalan melalui "pintu tidak kembali", gerbang akhir benteng itu menuju lautan.
Ia tiba di Ghana pada pemberhentian pertama perjalanan tunggal luar negeri pertamanya sebagai ibu negara, dengan melakukan lawatan ke Afrika, benua yang diremehkan suaminya.
Ia juga akan mengunjungi Malawi, Kenya dan Mesir
Presiden Donald Trump belum mengunjungi Afrika sejak menjabat pada 2017. Pada Januari, media Amerika Serikat melaporkan secara luas bahwa ia menggambarkan negara Afrika adalah "negara kotor" dalam pembicaraan dengan anggota parlemen tentang imigrasi. Ia membantah membuat pernyataan itu.
Benteng Cape Coast abad ke-17 itu, sekarang menjadi monumen, menarik perhatian para tokoh terkemuka dunia, termasuk presiden pertama kulit hitam Amerika Serikat Barack Obama dan keluarganya, yang juga terharu di tempat tersebut.
Selama perjalanannya pada Rabu, Melania Trump berjalan perlahan dengan panduan melalui berbagai sayap dan mengajukan pertanyaan. Ia melewati deretan meriam dan turun ke penjara bawah tanah, tempat para budak laki-laki dirantai.
"Betul-betul menyentuh," katanya, "Ruang bawah tanah yang saya lihat itu betul-betul harus dilihat dan dirasakan, dan yang terjadi bertahun-tahun lalu, itu benar-benar tragedi," katanya.
Sebelum melanjutkan ke puri budak, ia mengunjungi istana kepala daerah tersebut dan mendapat penyambutan kerajaan untuk mengunjungi benteng itu setelah para pejabat AS menyampaikan hadiah berupa minuman kepada para pemimpin.
Upacara itu berlangsung di Aula Obama di istana Emintsimadze, yang berganti nama untuk menghormati Obama setelah ia berkunjung ke daerah tersebut pada 2009.
Baca juga: Trump kembali ngomong kasar dan rasis soal imigran
Penerjemah: Boyke Soekapdjo
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018