Salah satu relawan dari Universitas Haluoleo dr Sudarman di Sigi, Kamis, mengatakan daya tahan tubuh anak-anak di Desa Langaleso Sigi mulai menurun.
"Saya takutnya mulai ISPA, karena debu semua. Anak-anak kekurangan masker, kita butuh masker paling mendesak masker untuk mengurangi risiko ISPA. Kita orang dewasa masih bagus daya tahan tubuhnya, kasian anak-anak kecil sudah mulai," kata Sudarman.
Desa Langaleso merupakan desa yang terdampak gempa karena teraliri lumpur yang menyembur dari dalam tanah dan menghanyutkan Desa Jono Oge. Kini lumpur tersebut mulai mengering dan mengembuskan debu ketika angin bertiup kencang.
"Kemarin ada 87 orang, hari ini sudah 36 yang datang. Mulai banyak diare, gatal-gatal, ISPA, sudah mulai banyak keluhannya seperti itu," kata Sudarman.
Salah satu warga Desa Langaleso, Alias Ririn mengatakan, masyarakat membuat posko sendiri menggunakan terpal. "Kami sudah gatal-gatal, alas tidur kami pakai terpal bekas padi," kata Alias.
Sudarman juga menginformasikan bahwa banyak balita di pengungsian yang membutuhkan asupan susu. "Banyak bayi yang ngga dapat susu, padahal mereka masih dalam fase ASI eksklusif. Bahkan kemarin ada bayi yang datang hanya minum air gula saja," kata dia.
Sudarman adalah satu-satunya tenaga kesehatan yang siaga di Posko Tim Kesehatan dan Tim DVI Polri di Desa Langaleso. Posko Polri untuk kebutuhan identifikasi jenazah didirikan dan tim medis didirikan sejak Rabu (3/10).
Dia bersiaga memberikan pelayanan medis bagi para masyarakat terdampak dengan peralatan dan obat-obatan seadanya.
Baca juga: Perekonomian di Palu mulai hidup pascagempa-tsunami
Baca juga: Mendagri surati kepala daerah bantu keuangan Sulteng
Baca juga: Pemerintah siapkan 320 hektare relokasi korban gempa
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018