• Beranda
  • Berita
  • Akhir pekan dolar melemah setelah data kenaikan upah AS

Akhir pekan dolar melemah setelah data kenaikan upah AS

6 Oktober 2018 07:13 WIB
Akhir pekan dolar melemah setelah data kenaikan upah AS
Pecahan dolar AS (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

"Inflasi upah merayap lebih tinggi..."

New York  (ANTARA News) - Kurs dolar Amerika Serikat (AS)  melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data untuk September menunjukkan kenaikan lapangan pekerjaan AS lebih rendah dari perkiraan, sementara kenaikan upah melambat secara tahunan, mengurangi kekhawatiran tentang kenaikan besar inflasi.

Payroll atau gaji pekerja non-pertanian meningkat 134.000 pekerjaan bulan lalu, paling sedikit dalam setahun, meskipun data untuk Juli dan Agustus direvisi menjadi menunjukkan 87.000 pekerjaan lebih banyak dari yang dilaporkan sebelumnya.

Penghasilan rata-rata per jam meningkat delapan sen atau 0,3 persen pada September setelah naik 0,3 persen pada bulan sebelumnya. Dengan peningkatan September di bawah kenaikan 0,5 persen yang tercatat selama periode sama tahun lalu, yang menurunkan kenaikan upah tahunan menjadi 2,8 persen dari 2,9 persen pada Agustus, merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun.

"Inflasi upah merayap lebih tinggi, tetapi belum dipercepat karena pasar takut," kata Ekonom senior di Ameriprise Financial Services, Russell Price, di Troy, Michigan, seperti dikutip Reuters.

Investor telah mengamati indikasi bahwa upah dapat meningkat dengan lebih cepat karena perusahaan, termasuk Amazon, menaikkan upah minimum.

Namun, data terlihat solid dan mendukung Federal Reserve (The Fed) melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya.

"Tidak ada perlambatan material dalam perekonomian AS. Angka-angka ini akan mengkonfirmasi The Fed tetap di jalur untuk menaikkan suku bunga," kata Paresh Upadhyaya, direktur strategi mata uang di Amundi Pioneer Asset Management di Boston.

Dolar AS membalikkan arah beberapa kali sebelum menetap di level lebih rendah setelah data pekerjaan. Indeks dolar AS jatuh ke serendah 95,516, dari sekitar 95,770 sebelum data, sebelum naik kembali menjadi 95,678.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,1525 dolar AS dari 1,1513 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3109 dolar AS dari 1,3023 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7051 dolar AS dari 0,7074 dolar AS.

Dolar AS dibeli 113,73 yen Jepang, lebih rendah dari 113,86 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9913 franc Swiss dari 0,9915 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2938 dolar Kanada dari 1,2923 dolar Kanada.

Pernyataan hawkish The Fed dan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat telah mendukung greenback dalam beberapa pekan terakhir. Peningkatan dramatis dalam imbal hasil obligasi AS pekan ini, yang dapat menarik investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi, juga dipandang sebagai positif untuk mata uang AS.

"Tentu saja imbal hasil yang lebih tinggi ini memberikan tawaran yang lebih baik untuk dolar AS di seluruh papan (perdagangan)," kata Dean Popplewell, kepala strategi mata uang di Oanda di Toronto.

Dengan kekuatan baru-baru ini, para investor juga cenderung berhati-hati tentang posisi pendek (short position) mata uang AS sebelum akhir pekan yang panjang, kata Popplewell, menambahkan bahwa "ada permintaan yang bagus untuk dolar AS pasti pada kemunduran."

Pasar obligasi AS akan ditutup pada perdagangan Senin (8/10) untuk libur Hari Columbus meskipun pasar saham tetap buka.

Baca juga: Rupiah kembali melemah jadi Rp15.160

Baca juga: Rupiah melemah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi AS

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018