Jakarta (ANTARA News) - Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018 (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari menyebut olahraga merupakan bahasa pemersatu di Indonesia selain menjadi semangat nasional dalam upacara pembukaan Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Sabtu malam.Bahkan, dua kandidat presiden yang sedang bertanding saja bisa berpelukan mesra untuk Indonesia tercinta
"Bahkan, dua kandidat presiden yang sedang bertanding saja bisa berpelukan mesra untuk Indonesia tercinta," ujar Okto merujuk pada pertandingan pencak silat Asian Games 2018.
Okto mengatakan Indonesia masih merasakan kebahagiaan dari penyelenggaraan Asian Games yang untuk kedua kalinya berlangsung di Tanah Air.
"Tapi hari ini 6 Oktober 2018, kita semua akan menjadi saksi sejarah baru, Indonesia untuk pertama kalinya akan menjadi tuan rumah dari Asian Para Games," kata Okto.
Asian Para Games, lanjut Okto, menjadi kegiatan olahraga disabilitas yang paling bergengsi di Asia.
"Kegiatan para multi-cabang olahraga ini bukan hanya tentang perlombaan menang atau kalah. Tapi melalui Asian Para Games 2018, kita tinggikan nilai-nilai sportivitas, solidaritas, kemanusiaan, dan hubungan yang harmonis antar bangsa-bangsa di Asia," kata Okto.
Selepas pembacaan pidato Ketua INAPGOC dan Presiden Komite Paralimpiade Asia Majid Rashed, seluruh atlet, ofisial, dan tamu undangan dalam upacara pembukaan lantas mengheningkan cipta untuk mendoakan korban gempa bumi dan tsunami di Lombok, Palu, dan Donggala.
Sebanyak 2.762 atlet dari 43 negara peserta akan mengikuti pertandingan 512 nomor pertandingan dari 18 cabang olahraga selain 16 nomor pertandingan non-medali pada cabang para-atletik dan para-renang.
Asian Para Games Jakarta 2018 merupakan perhelatan ketiga setelah digelar pertama di Guangzhou tahun 2010 dan di Incheon tahun 2014.
Baca juga: Presiden Jokowi tembakkan panah demi hancurkan disabilitas
Baca juga: Presiden Jokowi buka Asian Para Games 2018 dengan bahasa isyarat
Baca juga: Stadion GBK sempat hening doakan korban bencana Palu-Donggala
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018