"Dengan demo batik ini, kami berharap batik lasem mendunia," kata pelaku UMKM Sugiyarto ditemui di Paviliun Indonesia di BICC Westin Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah, termasuk Kementerian BUMN yang mendirikan paviliun tersebut, sebagai ajang promosi disela-sela pertemuan ekonomi dan keuangan akbar tahun 2018 itu.
Pengrajin batik dari Desa Babangan, Kecamatan Lasem itu langsung menampilkan cara membuat batik tulis lengkap dengan lilin atau "malam" yang dikerjakan oleh Jumiati, istri dari Sugiyarto.
Motif batik tulis khas Lasem, lanjut dia, yakni "sekar jagat" atau motif bunga-bunga yang telah lebih dulu membuat desain pada kain.
Untuk pewarnaan, ia menggunakan warna alami dari akar, kulit dan daun pohon mahoni sehingga membuat batik itu lebih bernilai.
"Satu warna memerlukan sedikitnya tujuh kali pencelupan, bahkan kalau mau yang lebih bagus perlu 10-15 kali pencelupan," katanya.
Untuk satu kain batik tulis, kata dia, selesai dalam waktu 25 hari yang sudah siap dipasarkan.
Desain yang menarik dengan pola bunga-bunga, pewarnaan alami serta pengerjaan yang memakan waktu tidak sedikit, membuat harga satu lembar kain batik berukuran sekitar 2 meter mencapai kisaran Rp1,5 juta.
Saat ini, UMKM Ayu Art binaan BNI itu ingin menyasar pasar ekspor yang diharapkan dapat terwujud setelah mengikuti pameran di Paviliun Indonesia itu.
Terkait pemasaran, lanjut dia, selama ini baru menyasar beberapa kota di Tanah Air di antaranya Jakarta, Semarang dan Bali.
Pengrajin batik itu merupakan satu dari sekitar 150 pelaku UMKM dari 64 kabupaten/kota di Indonesia yang turut meramaikan paviliun Indonesia yang diselenggarakan Kementerian BUMN serangakaian pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018