Palu (ANTARA News) - Mobil Dapur keliling (darling) milik lembaga nirlaba Dompet Dhuafa memberi panganan sehat untuk pengungsi anak-anak di Mesjid Agung Darussalam Kota Palu, Senin.Kami menyediakan bubur kacang hijau dan roti sebanyak 500 porsi ...
"Untuk operasi pertama dapur keliling di Palu, sasaran kami anak-anak baru pengungsi lainnya. Kenapa? kami mendapat iinfo masih banyak anak-anak yang belum mendapat panganan dengan nutrisi cukup, khususnya mereka yang mengungsi di Mesjid Agung ini dan di sepanjang jalan dari Jalan Raya Donggala-Palu," kata Koordinator Darling Dompet Dhuafa Priyanto Saputro di Palu, Senin.
Ia mengatakan dapur keliling hari ini menyediakan paket bubur kacang hijau dan roti.
"Kami menyediakan bubur kacang hijau dan roti sebanyak 500 porsi. Sengaja tidak memilih nasi, karena kacang hijau terbilang lebih mudah dimasak dan disantap jelang makan malam," sebut Priyanto sembari mengatur anak-anak untuk mengantri.
Walau Dapur Keliling hanya menyediakan 500 porsi bubur kacang hijau, mobil tersebut mampu memasak untuk seribu porsi.
"Perlengkapan masaknya cukup lengkap, kami dapur keliling dapat menyediakan makanan sekitar seribu porsi," tambanya.
Ia menjelaskan, seluruh panganan yang disajikan semua dipersiapkan dan dimasak dalam mobil dapur keliling.
"Mobil ini dilengkapi fasilitas empat kompor, cuma satu sudah diatur untuk penggorengan, dan satu untuk pembakaran. Selain itu, ada freezer (alat pendingin) dan alat penanak nasi, serta dayanya didukung oleh satu genset," terang Priyanto.
Dengan fasilitas itu, dapur keliling Dompet Dhuafa juga mampu untuk menyokong kerja dapur umum.
"Kami juga memuat peralatan dapur umum, sekiranya mereka membutuhkan, kami dapat 'back up' (mendukung) untuk peralatan dan tenaga masak," tambahnya.
Sebelum dapur keliling dioperasikan di Kota Palu, mobil itu telah memberi panganan untuk para pengungsi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Mobil ini didatangkan langsung dari Lombok, dibawa dulu ke Jakarta untuk persiapan peralatan, service, dan segala macam, lalu diberangkatkan dengan kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta menuju Pelabuhan Palopolo, Palu.
Untuk sementara ini, dapur keliling Dompet Dhuafa masih akan dioperasikan di Masjid Agung Darussalam Kota Palu.
"Kita masih fokus di masjid ini, tetapi nanti masih akan berkoordinasi dengan tim survei terkait dengan tempat baru," sebut Priyanto seraya menambahkan, rencananya dapur keliling akan menyediakan pangan untuk pengungsi satu kali sehari di satu lokasi.
Bahan panganan yang dimasak, Priyanto menambahkan, dibeli langsung di Mamuju, Sulawesi Barat, tetapi untuk ke depannya, bahan masakan akan dibeli langsung di pasar-pasar Kota Palu.
"Tadi sudah survei, pasar sudah beroperasi, untuk satu dua hari masih aman, seterusnya kami akan (belanja) ke sana," terang Priyanto yang mengaku ia dibantu oleh tiga orang juru masak dan tiga orang tenaga lapangan.
Walaupun makanan dibuat dari dapur dalam mobil, kualitas makanan yang dibuat tetap memperhatikan kualitas nutrisi dan kebersihannya.
"Ada dokter yang secara berkala mengawasi kualitas masakan kami, ada dokter juga yang siaga untuk konsultasi. Seperti di Lombok, kami sempat menyediakan makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu)," ucap Priyanto.
Saat ditemui selepas mengantri, Faiz (10) salah seorang pengungsi asal Kampung Lere mengaku puas menyantap kacang hijau dan roti bersama teman-temannya di halaman masjid.
"Enak sekali, tetapi tidak ada sendok ini, airnya manis," kata Faiz setelah menyeruput gelas kacang hijau buatan Dapur Keliling.
Mulai normal
Sehabis anak-anak mengantri bubur kacang hijau, mobil dapur keliling langsung diserbu pengungsi dewasa yang tidak mau kalah ikut menyantap panganan tersebut.
Sepuluh hari sejak bencana mengguncang Kota Palu dan tiga kabupaten sekitarnya, kehidupan warga perlahan mulai kembali normal. Listrik sudah mulai menyala, dan kegiatan dagang di beberapa pasar kembali berjalan.
Akan tetapi hingga Senin (8/10), proses evakuasi masih berlangsung di beberapa titik yang paling parah terdampak, diantaranya Perumahan Balaroa dan Patebo di Kota Palu.
Gempa bumi, likuifaksi, dan gelombang Tsunami menghantam Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong, Jumat (28/9), menewaskan ribuan orang, dan menyebabkan puluhan ribu warga mengungsi.
Baca juga: Kemensos buka tujuh dapur umum di Palu
Baca juga: Dapur keliling Dompet Dhuafa akan datangi pengungsi pelosok Sulteng
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018