"Ini merupakan bentuk kekecewaan kami terhadap angkutan batu bara yang tak henti-hentinya memakan korban jiwa," kata Heri, seorang warga Desa Rantaupuri di Muarabulian di lokasi kejadian.
Pasca kecelakaan yang menewaskan Akbar, seorang pelajar SMK di daerah itu, warga berduyun-duyun padati lokasi kejadian.
Melihat angkutan truk batu bara yang terlibat kecelakaan yang di tinggal sopir. Warga beramai-ramai mendorong truk angkutan batu bara ke dalam jurang dan membakar truk itu.
Tidak hanya membakar truk angkutan batu bara yang terlibat kecelakaan, masapun nyaris membakar truk angkutan batu bara lainnya yang melintas di lokasi kecelakaan.
Akibatnya truk angkutan batu bara tersebut terpaksa berputar arah. Selain itu warga desa setempat juga melakukan pemeriksaan terhadap angkutan batu bara yang melintas.
"Sopir tersebut mencoba mengelabui warga dengan mangaku sebagai truk pengangkut batu, namun setelah dicek ternyata truk tersebut truk angkutan batu bara," kata Heri.
Sementara itu, pihak asosiasi angkutan batu bara di daerah itu merasa kecewa dengan sopir truk angkutan batu bara yang terlibat kecelakaan.
Sementara itu Tony, Koordinator Wilayah Asosiasi Supir Angkutan Batubara Batanghari pihaknya mengaku telah memberikan pembinaan dengan merubah pola pikir para supir.
Bahkan menurut Tony pihaknya telah memberikan peringatan keras agar pola pikir para supir angkutan batu bara dapat berubah.
"Kami cukup kecewa dan menyesalkan kecelakaan ini kembali terjadi, saat ini kami terus berkoordinasi bersama pihak kepolisian untuk pemecahan masalahnya, kami harap massa tidak melakukan tindakan anarkis," kata Tony saat dihubungi terpisah.
Akibat kejadian tersebut, jalur angkutan batu bara di daerah itu untuk sementara dialihkan. Truk-truk angkutan batu bara dilarang melintasi Desa Rantaupuri guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan bersama.*
Pewarta: Syarif Abdullah dan Muhamad Hanapi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018