Kisah tenun Watubo di Paviliun Indonesia

9 Oktober 2018 12:29 WIB
Kisah tenun Watubo di Paviliun Indonesia
Penenun kain tenun ikat Watubo sedang menenun di Paviliun Indonesia, Nusa Dua, Bali pada Senin (8/10/2018) (ANTARA News/Ida Nurcahyani)
Nusa Dua (ANTARA News) - Pameran Pavilion Indonesia di area Hotel Westin, Nusa Dua menyuguhkan sejumlah karya seni dan kerajinan khas Indonesia yang menarik minat para delegasi Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia (World Bank) 2018 Bali. 

Salah satu kerajinan yang dipertunjukan pembuatannya adalah tenun ikat dari Desa Watublapi, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) milik Kelompok Tenun Watubo. 

Yang istimewa dari tenun ini adalah karena penggunaan bahan pewarna alami untuk memproduksi kain-kain tenun seperti kulit mangga untuk pewarna kuning, daun nila untuk pewarna indigo serta akar mengkudu untuk pewarna merah.

"Memang proses pewarnaan alami ini lebih lama tapi lebih disukai karena lebih sehat dibanding pewarna kimia," kata Rosvita, pendiri kelompok tenun Watubo yang terbentuk tahun 2015 di sela-sela kegiatannya menenun di Paviliun Indonesia di Bali, Selasa.

Tenun Watubo memiliki kisah yang lebih dari sekedar selembar kain.

"Kain tenun adalah perjalanan hidup kami sejak bayi dilahirkan hingga mati. Ada sekitar 20 hingga 30 motif tradisional yang mengkisahkan perjalanan kehidupan,tapi yang paling diminati adalah motif Tibu yang merupakan simbol kesuburan perempuan," katanya.

Ketika para ibu menginjak usia 50 tahun, anak perempuan mereka menghadiahinya dengan kain yang ditenunya.

Rosvita mengatakan kelompoknya mendapat dukungan dari Bank Mandiri dengan diikutsertakan dalam berbagai pameran yang berpotensi mendatangkan pasar baru bagi kelompoknya.

"Kemarin Bank Mandiri mendatangkan Mario Lawalata untuk memberi pengembangan soal fashion kekinian, bagaimana cara membuat benang tenun jadi lebih halus," kata Rosvita.

Tantangan bagi para perajin tenun Watubo kata Rosvita adalah bagaimana mendapatkan pasar baru tanpa meninggalkan tradisi. 

"Oleh sebab itu, dukungan dari berbagai pihak seperti ini sangat kami butuhkan," katanya.

Harga kain tenun watubo dibanderol mulai dari Rp4 juta hingga Rp250 juta tergantung ukuran serta motif, semakin rumit motif dan semakin lebar ukuran kain maka akan semakin tinggi harganya.

Tips menyimpan 

Menyimpan kain tenun yang diwarnai dari bahan alami seperti kain tenun Watubo memerlukan teknik tersendiri.

Salah satunya adalah jangan mencuci kain tenun dengan deterjen karena terlalu keras dan dapat merapuhkan benang.

"Sehabis dicuci, angin-anginkan tapi jangan kena matahari langsung. Simpan di tempat yang kering dan tidak lembab. Tapi setiap sebulan sekali harus dikeluarkan dan paparkan pada cahaya karena pewarna dari bahan alami membutuhkan cahaya untuk hidup," katanya.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018