Nusa Dua (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) perkirakan ekonomi kelompok ASEAN-5, termasuk Indonesia, akan tumbuh 5,2 persen pada 2019, atau direvisi 0,1 poin dari perkiraan awal 2018 lalu."Pesan kami untuk negara-negara dengan pendapatan seperti Indonesia, cobalah untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya tenaga kerja, serta meneruskan usaha untuk memerangi ketimpangan..."
"Pertumbuhan Indonesia telah menjadi cerita sukses yang nyata, meskipun kami menurunkan proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk beberapa tahun ke depan, namun pertumbuhannya masih diharapkan cukup kuat," kata Penasihat Ekonomi dan Direktur Penelitian IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers tentang Proyeksi Ekonomi Dunia (WEO) di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10).
IMF menggarisbawahi bahwa revisi proyeksi pertumbuhan tidak hanya terjadi di kawasan ekonomi ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam), tetapi juga di negara dengan ekonomi penting lainnya di kawasan Amerika Latin (Argentina, Brasil, Meksiko), Eropa (Turki), Asia Selatan (India), Timur Tengah (Iran), dan Afrika (Afrika Selatan) yang mengalami pelemahan sekitar 0,2 hingga 0,4 poin.
"Berbicara secara luas, kami melihat tanda-tanda investasi dan sektor manufaktur yang menurun, ditambah perdagangan yang melemah," kata Obstfeld.
Secara khusus, ekonom senior IMF tersebut mengemukakan beberapa faktor eksternal yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan Indonesia, yakni kondisi fiskal global yang makin ketat, harga minyak, dan ketegangan antara Amerika Serikat dan China soal perdagangan.
"Semua itu kemungkinan berimbas pada ekonomi Indonesia, namun hal ini juga memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih konsisten dan berkelanjutan," kata dia.
Obstfeld menganjurkan agar pemerintah Indonesia juga meningkatkan pendapatan pajak yang akan mendukung investasi di bidang pendidikan, infrastruktur, dan jaring pengaman sosial yang semuanya bermanfaat bagi rakyat.
"Pesan kami untuk negara-negara dengan pendapatan seperti Indonesia, cobalah untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya tenaga kerja, serta meneruskan usaha untuk memerangi ketimpangan, yang telah menurun dalam beberapa tahun ini," kata dia.
Secara global, IMF memproyeksikan pertumbuhan dunia akan tetap pada 3,7 persen untuk periode 2018-2019 yang dipengaruhi berbagai risiko yang makin menjadi nyata.
IMF menyebutkan bahwa risiko dan tantangan masih akan membayangi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019. Secara sektoral, tantangan yang dihadapi ekonomi maju berpusat pada pendapatan tenaga kerja yang menurun, persepsi mobilitas sosial yang rendah, dan respon kebijakan yang tidak memadai untuk perubahan struktutal ekonomi di beberapa negara.
Sementara itu, tantangan ekonomi yang sedang tumbuh dan berkembang lebih bervariasi dan lebih mungkin menghadapi risiko dalam jangka panjang, mulai dari pentingnya memperbaiki iklim investasi untuk mengurangi dualitas pasar tenaga kerja (segmentasi karyawan penuh waktu dan kontrak) hingga ancaman perubahan iklim dan bencana alam.
Proyeksi IMF untuk pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik (termasuk Indonesia) secara khusus akan diumumkan pada Jumat (12/10).
Baca juga: IMF proyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia 3,7 persen tahun depan
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018