BKKBN: cakupan imunisasi meningkat

9 Oktober 2018 14:25 WIB
BKKBN: cakupan imunisasi meningkat
Pelaksana tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sigit Priohutomo dalam kegiatan Sosialisasi dan Konsultasi Pelaksanaan Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Keluarga Berencana Regional I Pontianak di Pontianak, Senin (5/2/2018). (ANTARA/Anom Prihantoro)

..dari hasil SDKI itu, maka dapat melihat sejauh mana pencapaian berbagai program seperti imunisasi..

Jakarta (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan cakupan imunisasi untuk anak umur 12-23 bulan mengalami peningkatan di Indonesia menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017.

"Cakupan imunisasi untuk setiap vaksin dan imunisasi lengkap untuk anak umur 12-23 bulan, trennya meningkat," kata Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Sigit Priohutomo dalam acara peluncuran Hasil Laporan Akhir Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta, Selasa.

Sigit mengatakan cakupan imunisasi lengkap mengalami peningkatan yakni 70 persen pada hasil SDKI 2017 dibandingkan pada 2012 yaitu 66 persen.

Menurut dia, dari hasil SDKI itu, maka dapat melihat sejauh mana pencapaian berbagai program seperti imunisasi, dan menjadi masukan untuk mendorong berbagai upaya untuk peningkatan cakupan.

"Hasil ini penting untuk melihat kemajuan program apakah itu membaik atau kurang dan hal-hal apa yang harus kita perbaiki," ujarnya.

Sigit menuturkan cakupan imunisasi campak mengalami peningkatan menjadi 87 persen pada hasil SDKI 2017 dari 80 persen pada hasil SDKI 2012.

Sementara, cakupan imunisasi polio 3 meningkat menjadi 83 persen pada hasil SDKI 2017 dari 76 persen pada SDKI 2012.

Lebih lanjut dia menuturkan cakupan imunisasi DPT3 juga mengalami peningkatan menjadi 77 persen pada hasil SDKI 2017 dari 72 persen pada hasil SDKI 2012.

Kemudian, cakupan imunisasi BCG juga meningkat menjadi 91 persen pada hasil SDKI 2017 dibandingkan pada hasil SDKI 2012 yakni sebesar 89 persen.

"Hasil SDKI 2017 ini dapat menjadi pemacu pelaksanaan program-program ke arah yang lebih baik," tuturnya.

Sigit berharap data tersebut dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan termasuk masyarakat luas, misalnya untuk peningkatkan program pemerintah dan penelitian.

"Semua bisa membuka dan menganalisisnya lebih mudah dan kemudian disesuaikan dengan kebutuhan mana yang mereka ingin soroti atau pertajam, akan menjadi lebih mudah bagi mereka karena penyajian dalam website sudah kita tingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan dari sektor data-data mana yang mereka inginkan," tuturnya.

Dia berharap hasil SDKI itu akan menjadi informasi dan masukan bagi peningkatan dan perbaikan program untuk kesejahteraan masyarakat.

"Kita bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik dan Kementerian Kesehatan supaya hasil dari pendataan ini atau survei ini bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Papua Barat capai cakupan imunisasi MR tertinggi
Baca juga: Pemerintah targetkan cakupan imunisasi campak 95 persen

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018