Nusa Dua (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani optimistis instrumen investasi baru obligasi hijau atau green sukuk pada proyek-proyek berbasis pelestarian lingkungan di Indonesia akan diminati oleh investor."Tantangan kita adalah bagaimana agar pembangunan selaras dengan upaya pelestarian lingkungan"
"Saya optimistis karena respon fund manager sangat kuat, mereka menyukai narasinya, dan mereka memiliki komitmen green project karena ini syariah," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani pada seminar Green Finance for Sustainable Development di Hotel Nusa Dua, Bali, Selasa.
Menurut dia, proyek-proyek tersebut sangat menarik investor dan Pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan promosi mengenai obligasi hijau tersebut.
Pada pertemuan IMF-WB 2018, tema lingkungan hidup juga ikut menjadi pembahasan penting dan salah satu yang menjadi pembahasan terkait hal ini adalah pembiayaan kegiatan penanggulangan perubahan iklim dengan menggunakan instrumen baru yang disebut green sukuk.
Sri Mulyani mengatakan green sukuk adalah instrumen pembiayaan sangat penting bagi kelestarian lingkungan hidup.
"Sekecil apapun langkah yang dapat saya lakukan untuk menjaga lingkungan ini maka saya akan lakukan," katanya.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani tampil bersama Wakil Presiden World Bank Treasury, Arunma Oteh.
Seminar ini membahas bagaimana pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta di seluruh dunia harus bersama-sama menjaga lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Tantangan kita adalah bagaimana agar pembangunan selaras dengan upaya pelestarian lingkungan," lanjut Sri Mulyani.
Menurutnya, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan, pemerintah perlu mengharmonisasi kebijakan untuk mendorong langkah itu.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan mengeluarkan instrumen investasi baru untuk pembiayaan berkelanjutan, yaitu green sukuk.
Green sukuk, menurut Sri Mulyani, merupakan cara baik dan menjanjikan untuk berinvestasi pada proyek-proyek yang berkaitan dengan program lingkungan hidup.
"Dunia sedang berkonsentrasi kepada proyek-proyek yang berbasis kesinambungan, terutama pada tema-tema lingkungan dan penghijauan. Dan kemudian Green Sukuk hadir diprakarsai pertama kali oleh Indonesia," kata Arunma Oteh.
Menurut dia, perlu ada komitmen penuh semua pihak untuk isu tersebut.
"Apabila Pemerintah berkomitmen penuh untuk menyelesaikan permasalahan terkait lingkungan hidup, maka akan banyak investor dunia yang tertarik," lanjut Arunma Oteh.
Indonesia memang tercatat sebagai perintis dalam penerbitan obligasi hijau di kawasan Asia Tenggara melalui penerbitan Green Sukuk senilai 1,25 miliar dolar AS pada Maret 2018.
Transaksi ini merupakan penerbitan Green Sukuk pertama kalinya di dunia yang dilakukan oleh negara ("the world’s first sovereign green sukuk").
Selain semakin memperkokoh posisi Indonesia di pasar keuangan syariah global, penerbitan green sukuk ini juga merupakan manifestasi komitmen Indonesia pada Paris Agreement yang diratifikasi pada 2016 dalam rangka mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih rendah karbon dan tahan atas perubahan iklim.
Baca juga: OJK kaji aturan "green bond" jaga lingkungan
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018