persepsi masyarakat yang cenderung melihat peran mengasuh dan mendidik anak sebagai tugas perempuan semakin mempersempit ruang gerak perempuan untuk mengembangkan potensi diri dalam dunia profesional
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat beban perempuan harus dikurangi untuk mendorong pemberdayaan mereka dalam dunia kerja.
Beban tersebut bisa berasal dari kurangnya rasa percaya diri, asumsi atas bidang-bidang pekerjaan yang lebih didominasi laki-laki, serta kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan kemudian menjalankan peran sebagai ibu.
"Banyak perempuan muda ketika masuk ke dunia kerja sangat bersemangat, tetapi setelah mereka menikah, melahirkan, dan punya anak semua itu seperti menjadi beban buat perempuan," kata Sri Mulyani dalam seminar Empowering Women in the Workplace di sela-sela Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) di Nusa Dua, Selasa.
Menjalani peran ganda sebagai ibu yang bekerja seringkali menjadi hambatan bagi perempuan untuk mengembangkan karir mereka.
Ditambah lagi, persepsi masyarakat yang cenderung melihat peran mengasuh dan mendidik anak sebagai tugas perempuan semakin mempersempit ruang gerak perempuan untuk mengembangkan potensi diri dalam dunia profesional.
"Karena itu kita harus mengurangi beban ini dengan memberlakukan kebijakan yang berpihak pada perempuan pekerja," tutur Sri Mulyani.
Di lingkungan Kementerian Keuangan, ia menjelaskan, beberapa kebijakan yang bersifat afirmatif sudah diterapkan antara lain dengan menyediakan ruang laktasi yang layak bahkan tempat bermain untuk anak-anak di bawah usia lima tahun.
Dengan tempat kerja yang mendukung, diharapkan perempuan bisa menjalankan tugasnya sebagai ibu dan tetap mempertahankan karir.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menegaskan bahwa peran perempuan dalam dunia kerja sangat baik bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi tetapi juga kemakmuran.
Pentingnya meningkatkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki dinilai akan berdampak positif terhadap kinerja perekonomian.
"Perempuan dan laki-laki saling melengkapi, sehingga peran mereka termasuk dalam dunia kerja, tidak dapat digantikan satu sama lain," kata Lagarde.
Bank Dunia memproyeksikan kesenjangan perempuan dengan laki-laki bisa menyebabkan hilangnya pendapatan rata-rata sebesar 15 persen di berbagai negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Lembaga riset McKinsey Global Institute menyatakan percepatan kesetaraan perempuan dengan laki-laki di Indonesia dapat meningkatkan PDB tahunan sebesar 135 miliar dolar AS pada 2025.
Baca juga: Perkuat peran perempuan untuk ekonomi lebih inklusif
Baca juga: Teknologi informasi berdayakan potensi perempuan di bidang ekonomi
Baca juga: Riset IMF ungkap perempuan berisiko kehilangan pekerjaan karena teknologi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018