"Pembangunan mushalla dimulai sejak Senin, kami mulai bekerja sejak pagi dan berhenti saat sore," kata Iwan (40), warga Desa Lolu, sambil mencangkul tanah untuk saluran air mushalla, Selasa.
Ia menjelaskan ada 10 sampai 15 pengungsi yang ikut bergotong-royong membangun mushalla.
"Mushalla buat kami berharga sekali. Tiap waktu shalat, kami selalu shalat bersama, lebih tenang juga rasanya," kata Iwan, yang membuat saluran air sedalam 15 centimeter di sekeliling unit ibadah tersebut.
Saluran air, Iwan menjelaskan, dibuat agar air dari dalam mushalla dapat mengalir ke luar, dan air dari luar tidak meluber ke dalam.
"Mushalla ini sebenarnya perbaikan dari yang sudah kita buat sebelumnya. Kemarin kita sembahyang masih di tenda sederhana, sekarang rangkanya lebih kokoh dari kayu," ujar Iwan.
"Kalau ada semen, saya mau buat fondasi, biar permanen," ia menambahkan.
Di tengah kegiatan penanganan dampak bencana dan evakuasi korban, Dompet Dhuafa bersama sukarelawan membangun fasilitas umum seperti tempat ibadah, sarana mandi cuci kakus (MCK), dan pipa penyalur air bersih.
Di posko pengungsi 6 Lapangan Karapan Sapi, perbatasan Desa Jono Oge dan Desa Lolu, ada 781 orang yang harus tinggal sementara di tenda karena rumah mereka rusak berat, bahkan rubuh akibat gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) pada 28 September.
Gempa, tsunami, dan likuifaksi yang melanda sebagian wilayah Sulawesi Tengah menurut data Selasa (9/10) pukul 17.00 Wita menyebabkan 2.037 orang meninggal dunia, semuanya sudah dimakamkan. Bencana juga menyebabkan 671 orang hilang dan 152 orang tertimbun.
Gempa juga menyebabkan ribuan rumah dan fasilitas umum, termasuk fasilitas ibadah, rusak, serta memaksa puluhan ribu orang mengungsi.
Baca juga:
Pemerintah segera mendata fasilitas keagamaan terdampak gempa
Kondisi Palu, Donggala, Sigi berangsur membaik
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018