"Jadi anak-anak tolong kalau ada hal-hal yang namanya hoaks, kabar bohong, saling mencela, tolong diluruskan, dibetulkan," kata Presiden di hadapan para pelajar dalam acara Silaturahim Presiden RI dengan peserta Apresiasi Kebangsaan Siswa Indonesia (AKSI) di Bogor, Rabu.
AKSI adalah latihan kepemimpinan yang diikuti 340 siswa SMA dan 170 siswa SMK se-Indonesia yang terdiri atas ketua OSIS dan ketua seksi kerohanian, yang didampingi oleh guru pembina OSIS dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dari tiap sekolah.
"Kita harus sadar betul, jangan sampai kita diadu-adu oleh berbagai kepentingan. Ini berbahaya sekali, apalagi anak-anakku semua pemimpin di sekolah masing-masing baik pemimpin rohaniwan, baik ketua OSIS, kalau tidak bisa mengajak teman-temannya melihat bahwa Indonesia beragam, maka akan berbahaya sekali," kata Presiden.
Peredaran hoaks, menurut Presiden, antara lain dilatarbelakangi oleh kepentingan politik terkait pemilihan bupati, walikota, gubernur, dan presiden yang terjadi setiap lima tahun sekali.
"Pemilihan itu terjadi tiap lima tahun sekali, tapi kita seperti terpecah-pecah, ini bahaya sekali. Anak-anak harus menyadari ini. Perbedaan pilihan biasa dalam demokrasi, silakan memilih bupati A, bupati B, silakan atau memilih gubernur A atau B atau C, silakan... tapi jangan sampai antarteman tidak saling sapa karena beda pilihan tadi," tambah Presiden.
Presiden lalu mengambil contoh ajang Asian Gamex XVIII yang belangsung pada Agustus lalu, ketika Indonesia total meraih 31 medali emas 24 medali perak 43 medali atau 98 medali dan menduduki peringkat ke-4 negara peraih medali terbanyak.
"Coba saat Asian Games, begitu bersatu kita dapat 31 medali emas, biasanya dapat empat (medali), dapat lima (medali), ranking 22, ranking 15, rangking 17, kemarin rankingnya empat, karena apa? Bersatu, tidak ada yang mikir pemain badminton itu agamanya apa, dari mana provinsinya, semuanya hanya untuk berkumandangnya Indonesia Raya, kalau semua berpikir seperti itu negara akan maju," katanya.
Presiden pun menegaskan bahwa persatuan adalah modal utama Indonesia untuk memenangkan kompetisi dengan negara lain.
"Aset terbesar kita adalah persaudaraan, persatuan dan kerukunan! Tidak ada yang lain. Kalau kita bersatu, kita rukun maka kita punya potensi besar akan mengalahkan negara-negara lain dalam kita bersaing," katanya.
Ia pun berharap para pelajar terus belajar dan bekerja keras, menguasai ilmu pengetahuan, mengokohkan fondasi moral dan daya juang.
"Untuk menjadi negara besar perlu kerja keras, kerja keras dari Papua, dari Jawa, dari Sulawesi, dari NTT, dari NTB, dari Kalimantan, Sumatera semua kerja keras. Tanpa itu jangan mimpi jadi negara ekonomi terkuat di dunia. Masa depan itu milik anak-anakku semua, bukan milik siapa-siapa. Jangan berhenti mencintai negeri ini demi kemajuan Indonesia," kata Presiden.
Selain peserta AKSI, dalam acara itu hadir juga peserta Kongres dan Musyawarah Nasional Asosiasi Profesi Guru dan Bahasa Sastra Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendampingi Presiden dalam acara itu.
Baca juga:
Kemenpora ajak pemuda jadi pelopor perangi hoaks
Hoaks terkait politik masih marak
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018