Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden The Federal Reserve New York John Williams menyatakan bahwa normalisasi kebijakan moneter AS sudah berada di tahap akhir dan akan memasuki fase normal, namun panduan untuk menyusun kebijakan suku bunga AS tidak berubah.Dua tujuan mandat Bank Sentral itu adalah mencapai angka tenaga kerja yang maksimum dan stabilitas harga yang ditandai dari laju inflasi yang terkendali
Panduan atau formula kebijakan suku bunga AS itu adalah dua tujuan mandat Bank Sentral AS dan juga data ekonomi terbaru.
"Dua tujuan mandat Bank Sentral itu adalah mencapai angka tenaga kerja yang maksimum dan stabilitas harga yang ditandai dari laju inflasi yang terkendali," kata John Williams dalam Forum Bank Sentral yang diselenggarakan Bank Indonesia di rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank 2018, Nusa Dua, Bali, Rabu.
Dia mengatakan The Fed dalam pernyataan terakhirnya memang telah merampingkan pernyataannya dan hanya memaparkan sedikit panduan ke depan tentang jalur kebijakan masa depan. Komite Pasar Terbuka The Fed atau FOMC dalam pernyataannya yang baru-baru ini menghapus bahasa yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter tetap akomodatif.
"Biar saya perjelas, pernyataan-pernyataan yang lebih ringkas ini tidak menandakan perubahan dalam pendekatan kebijakan moneter kami," kata dia.
Perubahan kebijakan itu, kata Williams, karena faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kebijakan Fed yakni prospek ekonomi dan inflasi yang mendekati dua persen atau sesuai dengan sasaran jangka panjang bank sentral.
Berbagai indikator ekonomi AS itu mengundang berbagai perubahan tentang bagaimana cara berkomunikasi Komite Pasar Terbuka The Fed AS (FOMC) terkait kebijakannya.
Saat ini, kata Williams, suku bunga AS berada di posisi yang jauh dari nol persen, dan kondisi ekonomi terus menggeliat.
"Kasus untuk sebuah petunjuk yang kuat tentang tindakan kebijakan di masa depan menjadi kurang menarik," ujar Williams.
Ekonomi AS kemungkinan akan tumbuh sebesar tiga persen pada 2018 dan sebesar 2,5 persen pada 2019. The Fed New York mengharapkan tingkat pengangguran turun menjadi di bawah 3,5 persen tahun depan. Adapun, ia juga melihat target inflasi dua persen akan terlampaui sedikit.
Williams mengutip pernyataan komite pengambil kebijakan The Fed, Federal Open Market Committee (FOMC), dalam rapat terakhirnya Sepetmber 2018 yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi AS telah "kuat". Kata "kuat" itu dalam FOMC diucapkan sebanyak lima kali untuk menggambarkan kondisi perekonomian AS.
Beberapa indikator penguatan ekonomi AS itu adalah kondisi pasar tenaga kerja yang sangat membaik, termasuk angka pengangguran 3,7 persen, dan inflasi yang berada di sasaran Bank Sentral.
"Dengan stimulus fiskal dan kondisi keuangan yang menguntungkan yang memberikan dorongan bagi ekonomi AS, proyeksinya adalah pertumbuhan yang lebih kuat," tambahnya.
Pada pertemuan terakhir di September 2018, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2 persen-2,25 persen. Konsensus pasar memperkirakan akan ada satu lagi kenaikan suku bunga di Desember, tiga kali tahun depan, dan satu kali lagi di 2020.
Baca juga: Wall Street bervariasi di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018