"Semula saya tidak hobi lari. Saya justru suka bulu tangkis. Tapi ketika mencoba dalam Pekan Paralimpiade Daerah seperti atletik asyik juga. Lalu, saya mulai masuk atletik," ujar atlet berusia 17 tahun itu setelah menyelesaikan perlombaan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Rabu.
Kelemahan kaki kiri Evi sejak lahir tidak menyurutkan mimpinya untuk menjadi sprinter putri Indonesia cabang para-atletik.
"Kaki kanan dan kaki kiri saya berbeda. Kaki kiri lebih lemah. Orang tua saya baru mengetahui ketika saya baru bisa berjalan," kata atlet asal Boyolali, Jawa Tengah itu.
Evi mengaku orang tuanya bahkan sempat tidak mengizinkan untuk menjadi atlet. "Saya harus fokus sekolah. Tapi, lama-lama mereka mengizinkan saya," kata atlet yang turun pada ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia itu.
Pelajar kelas 12 di sebuah sekolah menengah atas di Surakarta itu mengaku semula mengikuti latihan cabang atletik atas ajakan pelatih anggar Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia dan masuk ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Surakarta.
"Saya mulai ikut latihan pada kelas II SMP dan ikut perlombaan-perlombaan dan juga ikut Pekan Paralimpiade Nasional di Bandung pada 2016. Saya juga dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan ASEAN Para Games 2017, kemudian berlanjut pelatnas Asian Para Games 2018 di Solo," kata Evi.
Selama berlatih, Evi mengaku kesulitan menyeimbangkan kekuatan kaki kiri dengan kaki kananya, termasuk ketika melakukan awalan pada perlombaan lompat jauh.
"Selama pelatnas, saya jarang masuk sekolah, hanya masuk saat ujian. Tapi, guru saya mendukung," kata Evi sembari mengenang jerih payahnya harus menyusul materi-materi pelajaran sekolah yang tertinggal.
Orang tua Evi pun hadir di Stadion Utama GBK untuk mendukung putrinya dalam perlombaan cabang para-atletik Asian Para Games 2018 di Jakarta.
"Mereka mendukung penuh. Keluarga saya, ibu, pelatih klub juga menonton tadi. Saya persembahkan medali ini bagi orang tua dan teman-teman saya semuanya. Saya bangga menjadi anak dari orang tua walau memiliki keterbatasan," katanya.
Evi mengaku bonus medali yang akan diraihnya akan dipersembahkan bagi orang tua dan saudaranya. "Buat tabungan sekolah. Saya berharap dapat tetap menorehkan yang terbaik bagi Indonesia," katanya.
Walau berhasil meraih medali, Evi mengaku tidak berpuas diri karena masih bermimpi mengikuti ASEAN Para Games 2019 di Filipina dan Paralimpiade Tokyo 2020.
Baca juga: Karisma Evi Tiarani rebut emas lari 100 meter putri
Baca juga: Atlet India rebut emas panahan recurve putra
Baca juga: Indonesia tambah koleksi medali cabor tenis meja
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018