• Beranda
  • Berita
  • Spesialis: jangan anggap remeh benjolan di payudara

Spesialis: jangan anggap remeh benjolan di payudara

10 Oktober 2018 19:06 WIB
Spesialis:  jangan anggap remeh benjolan di payudara
Ilustrasi (ANTARA News/Pixabay)

Setiap ada benjolan harus waspada sampai dibuktikan itu kanker. Jangan dianggap remeh juga

Jakarta (ANTARA News) - Benjolan di payudara belum tentu merupakan kanker, namun Anda tetap perlu memeriksannya lebih lanjut pada dokter untuk memastikan benjolan itu hanya tumor jinak atau justru kanker. 

"Benjolan itu tumor, ada yang ganas dan jinak. Setiap ada benjolan harus waspada sampai dibuktikan itu kanker. Jangan dianggap remeh juga," ujar spesialis obstetri dan ginekologi dari Prodia Women's Health Centre, Dr. Raditya Wratsangka, SpOG (K) di Jakarta, Rabu. 

Benjolan pertanda kanker biasanya terasa lebih keras dan permukaannya tidak rata, tidak bergerak, tidak menimbulkan rasa nyeri dan seringkali tak dapat dilihat namun bisa terasa. 

Dalam kesempatan berbeda, dr Siti Sundari Manopo dari RS Onkologi Surabaya pernah mengatakan, saat menemukan benjolan jangan lekas panik. Ulangi pemeriksaan di hari berikutnya. Jika memang masih ditemukan benjolan, Sundari menyarankan Anda melakukan USG. 

Anda bisa saja menemukan benjolan saat melakukan pemeriksaan payudara sendiri, oleh ahli kesehatan saat melakukan Sadanis atau bahkan USG. 

"USG disarankan untuk mereka di bawah usia 35 tahun karena jaringan payudara masih padat. Selain itu ada mamografi atau pemeriksaan menggunakan sinar rontgen dan ini efektif pada usia di atas 35 tahun," kata Raditya. 

Baca juga: Bagian yang harus diperhatikan saat memeriksa payudara sendiri

Baca juga: Perlukah para pria periksa payudara sendiri untuk deteksi kanker?

Kemudian, pada kelompok risiko tinggi misalnya memiliki riwayat keluarga mengalami kanker payudara, mereka harus mendapatkan pemeriksaan secara lebih teliti misalnya dengan MRI payudara setiap tahun mulai usia 30 tahun.  

Sejumlah perilaku semisal kurang mengonsumsi buah dan sayuran, kurang beraktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan ditambah paparan sinar ultraviolet, bakteri, virus dan parasit bisa menjadi faktor risiko seseorang terkena kanker payudara. 


Selain itu, khusus bagi wanita, ada faktor risiko tambahan yakni haid lebih muda atau kurang dari 12 tahun, tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama lebih dari usia 30 tahun, usia menopauase lebih dari usia 55 tahun, pernah mengalami tumor jinak di payudara dan mengalami stres berat. 


Baca juga: Tanya jawab seputar kanker payudara

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018