Angka tersebut membuat jumlah gay di wilayah tersebut mencapai 3.452 orang, seperti diungkapkan Koordinator Lapangan Komunitas Lensa Cianjur, Tedi Rustandi pada wartawan di Cianjur, Rabu.
"Dibandingkan tahun lalu, temuan gay baru lebih rendah angkanya, sekitar 100-200 orang per bulan," katanya.
Namun demikian perlu dicatat, ujar dia, angkanya bertambah terus dengan 47 persen di antaranya merupakan warga berusia 17-24 tahun.
Para gay atau LSL (lelaki seks lelaki) tersebut tambah dia, memiliki perkumpulan atau komunitas sendiri, bahkan ada beberapa tempat keramaian yang menjadi tempat berkumpulnya komunitas tersebut.
"Untuk lokasinya ada di beberapa pusat keramaian di Cianjur kota dan utara," katanya.
Setiap pelaku seks menyimpang, ujar dia, cenderung akan mencari target baru dengan sasaran mereka yang sedang tidak memiliki tujuan ataupun tengah menjalani masalah di keluarga.
"Awalnya korban akan diajak berkomunikasi secara intens, kemudian dibelikan barang, kuota internet dan lainnya. Hingga pada akhirnya diajak melakukan seks sesama jenis dan menjadi pelaku seks menyimpang," katanya.
Selama ini, tutur dia, tidak ada ciri khusus yang bisa terlihat dari pelaku seks menyimpang karena meskipun sedikit kemayu belum tentu dia gay, begitupun yang terlihat maskulin belum tentu normal.
"Orang tua harus lebih waspada dengan terus mengawasi perilaku anaknya. Minimalnya dengan memeriksa telepon pintar, jika ditemukan ada percakapan dengan sesama jenis yang menyimpang segera berikan bimbingan," katanya.
Kepala Bidang Advokasi dan Penanganan Perkara Pusat Pelayanan Terpadu dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur, Lidya Umar, mengatakan banyak mendapatkan laporan masuk terkait anak yang hampir bergabung dengan kelompok gay.
"Orangtua menyampaikan jika anaknya akan diajak bergabung, tapi ketahuan dan minta konsultasi ke kami untuk pencegahan," katanya.
Untuk mengantisipasi penularan perilaku seks menyimpang tersebut, tambah dia, perlu ketahanan keluarga dikedepankan karena mereka yang terjerumus dalam perilaku negatif, kebanyakan bermasalah dengan keluarga.
"Kami terus sosialisasikan dan genjot ketahanan keluarga, salah satunya untuk mengantisipasi perilaku seks menyimpang," katanya.
Hasil penelitian menyebut, kaum gay lebih beresiko terkena HIV/AIDS karena biasanya mereka melakukan hubungan seks melalui anal dan tidak menggunakan pengaman (kondom). Tingkat risiko penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18 persen daripada vagina.
Apalagi jaringan alamiah pada anus sangat berbeda dibanding vagina. Vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja yang mudah lecet dan memudahkan penularan HIV/AIDS.
Baca juga: Pemkab Cianjur dan MUI kecam kontes gay
Baca juga: Psikiater: LGBT berisiko alami gangguan jiwa
Baca juga: Polres Cianjur terapkan undang-undang pornografi
Baca juga: Organisasi LGBT dilarang masuk kampus
Baca juga: Polisi tetapkan AAW sebagai tersangka pesta gay di Cipanas
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018