HMD Global, sebagai pemegang lisensi ponsel Nokia, mengaku tidak tersaingi atas kehadiran brand yang dulunya merupakan anak perusahaan Oppo tersebut.
"Pasar Indonesia sangat kompetitif, akan ada banyak kompetisi, tapi kami selalu fokus kepada bagaimana kami berbeda dari kompetitor kami," ujar Country Manager HMD Indonesia, Sanmeet Singh Kocharr, kepada Antara di sela media gathering di Bogor, Rabu.
Hal senada juga disampaikan Marketing Lead HMD Indonesia, Miranda Vania Warokka, yang mengatakan bahwa Nokia punya caranya sendiri untuk menarik pasar smartphone Indonesia.
"Sebenarnya, kita dibilang tersaingi, kesenggol banget enggak, karena kita juga enggak yang berambisi tahun ini atau tahun depan menjadi Top 3... Kita lebih ke arah slowly but sure saja, dan memang pendekatan Nokia itu berbeda," ujar Miranda.
Baik Sanmeet dan Miranda menjelaskan bahwa Nokia mengutamakan kualitas material yang digunakan dalam perangkat, fitur yang unik seperti fitur Bothie, penggunaan kamera depan dan kamera belakang secara bersamaan, serta Android yang pure, secure dan up to date.
"Jadi enggak cuma asal lihat opportunity kosong kasih deh produk ini," kata Miranda.
Baca juga: Komentar Realme tentang kompetitor, Xiaomi dan Oppo
Baca juga: Spesifikasi, harga Realme 2 dan Realme 2 Pro
Lebih lanjut, Miranda melihat bahwa kehadiran "anak" dari brand-brand smartphone teknologi kian menjadi tren belakangan ini.
"Banyak banget brand-brand yang sudah matang terus dia punya sub-brand lagi, mungkin itu juga strategi dari brand-brand kompetitor karena pasar di Asia Tenggara yang paling besar di Indonesia," ujar Miranda.
"Jadi, memang setiap brand dengan caranya sendiri berusaha bukan hanya masuk tapi mendominasi pasar Indonesia," sambung dia.
Selain Realme, ada pula sub-brand Xiaomi, Pocophone, yang baru memasuki pasar Indonesia pada bulan lalu.
Mengekor Xiaomi, Pocophone juga mengembangkan komunitas sebagai salah satu strategi di Indonesia. Hal tersebut juga akan dilakukan oleh Realme yang berencana untuk meresmikan Realme Community pada bulan depan.
Berbeda dari keduanya, Nokia memiliki strategi sendiri untuk meraih hati pasar Indonesia.
"Nokia punya semacam gengsi. Jadi, kita enggak cuman asal mengumpulkan orang, terus teriak-teriak, tapi kita masih ingin sesuatu untuk di-share, makanya kita punya Say Yes Project," kata Miranda.
Melalui Say Yes Project, Nokia ingin anak muda mengetahui spirit Nokia bahwa brand tua tersebut telah hadir dengan platform masa kini, Android.
Saat ini, Miranda mengatakan bahwa tim HMD Global telah bertemu dengan komunitas-komunitas Jdi ogjakarta untuk saling berkolaborasi menghasilkan karya.
"Nanti yang terbaik kita masukkan di microsite. Dan, Say Yes Project ini akan bertahan terus sampai tahun-tahun ke depan," ujar Miranda.
Seleksi Say Yes Project di Jogjakarta akan berlangsung mulai 17 hingga 19 Oktober. Setelah Jogjakarta Say Yes Project akan meluncur ke Surabaya, Medan, Bandung dan Makassar.
Baca juga: Pocophone F1 resmi mendarat di Indonesia
Baca juga: Bos Pocophone yakin F1 tak "memakan" Xiaomi
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018