London (ANTARA News) - Dubes Indonesia di Oslo, Todung Mulya Lubis menyampaikan gambaran dan kontribusi industri sawit lestari pada upaya pencapaian target sustainable development goals (SDGs) di Indonesia kepada pengusaha Norwegia yang tergabung dalam the Confederation of Norwegian Enteprise (NHO).Menyampaikan gambaran yang sebenarnya mengenai industri sawit sekaligus menepis isu-isu dan kampanye negatif yang telah merugikan industri sawit di Indonesia.
"Minyak sawit merupakan salah satu industri strategis yang dapat mendorong pencapaian target SDGs di Indonesia," ujar Todung Mulya Lubis saat menyampaikan paparannya dalam seminar bertema "Bevare Regnskogen (To Preserve Rainforest)" bertempat di Kantor Pusat NHO, Oslo, Rabu (10/10)
.Hadir dalam seminar tersebut Managing Director of Sustainability & Strategic Stakeholder Engagement Golden Agri Resource (GAR), Agus Purnomo, Pelaksana Fungsi Politik KBRI Oslo, Nilton A.D.R Amaral.
Seminar yang dibuka Deputi Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Atle Hamar menghadirkan beragam narasumber dari RSPO, EPOA, UNDP, Rainforest Foundation Norway dan WWF serta perusahaan multinasional ST1 dan Neste.
Seminar ini diikuti peserta yang berasal dari kalangan parlemen, pemerintah, LSM dan bisnis Norwegia.
Dalam kesempatan tersebut, Todung Mulya Lubis juga menyampaikan industri sawit sangat esensial bagi perekonomian dan kesejahteraan penduduk Indonesia sehingga pemerintah berkomitmen mengelola industri kelapa sawit secara berkelanjutan dengan mengedepankan pelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Sementara Agus Purnomo dalam presentasinya memandang industri kelapa sawit perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak tebang pilih untuk industri-industri minyak berbahan dasar sayuran.
Fokus dari perdebatan sekarang ini seharusnya adalah mencari jalan untuk menjadikan industri kelapa sawit berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebagaimana yang kini diterapkan GAR sebagai salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia, ujar Agus.
GAR kini tidak lagi membuka lahan untuk memenuhi permintaan pasar tetapi memberdayakan lahan yang sudah ada, salah satunya dengan optimalisasi produksi melalui penggunaan bibit unggul sawit, ujar menanggapi merebaknya isu-isu dan kampanye negatif yang telah merugikan industri sawit Indonesia.
Hadirnya Indonesia (Pemerintah dan Industri sawit nasional) dalam berbagai forum internasional menjadi upaya positif dan konstruktif dalam menjawab isu sawit yang selama ini telah banyak salah kaprah dipahami oleh khalayak umum.
Seminar diadakan bersamaan dengan masa sidang penyusunan Anggaran Belanja Nasional Norwegia di Parlemen (Stortinget) sehingga dapat menjadi bahan penyeimbang atas informasi yang tidak akurat dan seringkali didengungkan oleh LSM maupun media massa lokal/internasional, seperti kaitan sawit dengan isu deforestasi, sawit dan isu karbon/air terkait perusakan lahan gambut, serta sawit yang ditengarai menjadi penyebab punahnya berbagai keanekaragaman hayati khususnya pengrusakan habitat orang utan.
"Sudah saatnya Indonesia memandang serius dan melakukan upaya nyata untuk melawan isu/kampanye negatif tersebut dengan membuka mata dunia tentang fakta dan kemajuan yang telah dicapai di lapangan. Merupakan komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan tetap memberikan ruang bagi industri sawit lestari (sustainable) demi kesejahteraan Bangsa Indonesia," kata Dubes Todung Mulya Lubis.
Baca juga: Jokowi-Deputi PM Malaysia bahas TKI hingga sawit
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2018