"Ada 10 kecamatan di Bandung yang tanahnya berpotensi besar mengalami likuifaksi," kata Kepala Sub Bidang 1 Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santoso, di Bandung, Kamis.
Heru mengatakan kesimpulan itu diperoleh dari hasil penelitian Bapelitbang Kota Bandung dan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai tingkat kerawanan akibat gempa bumi.
Menurut hasil penelitian itu kecamatan di Kota Bandung yang berpotensi mengalami likuifaksi meliputi Kecamatan Bandung Kulon, Bandung Kidul, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Regol, Lengkong, Kiaracondong dan Antapani.
"Tapi tingkat kerusakannya berbeda tergantung kekuatan bangunan dan kepadatan bangunan, dan juga termasuk jenis tanah di situ," kata dia.
Peta risiko likuifaksi tersebut, menurut dia, penting untuk mitigasi dampak gempa.
"Supaya masyarakat bisa antisipasi dan simulasi kalau ada kebencanaan. Fenomena gempa pasti berulang, tapi enggak bisa diramalkan," katanya.
Ia menjelaskan penataan ruang kota mesti dilakukan dengan mengacu pada peta risiko bencana, termasuk potensi likuifaksi, guna meminimalkan korban dan kerugian akibat bencana.
Selain itu, Heru mengatakan, pemerintah juga perlu membuat dan memasang peta jalur evakuasi yang bisa menjadi acuan warga pada saat bencana terjadi.
"Termasuk di Pemkot harus ada papan informasi, jalur evakuasi, dan di mana tempat berkumpul, harus sembunyi ke mana," kata dia.
Cekungan Bandung
Peneliti sekaligus Interpreter Geotrek, T. Bachtiar, menjelaskan sesar Lembang menimbulkan risiko gempa di Cekungan Bandung.
Cekungan Bandung, ia menjelaskan, jutaan tahun silam merupakan danau yang mengering, puluhan kilometer di bawah tanahnya masih tersimpan air.
"Tanah di bawah tetap lembek, karena dulu Cekungan Bandung merupakan danau purba," kata dia.
Ia mendorong pemerintah dan masyarakat untuk mulai berbenah, termasuk menyesuaikan struktur bangunan agar lebih tahan gempa, guna menekan dampak bencana.
Pemerintah Kota Bandung juga harus mulai turun ke lapangan untuk menyampaikan ke warga informasi mengenai risiko bencana yang dihadapi dan upaya mitigasi yang dibutuhkan.
Bachtiar berharap masalah kebencanaan masuk dalam kurikulum sekolah, dari tingkatan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
"Bagaimana menciptakan kultur masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, yah salah satunya pendidikan kebencanaan di sekolah harus ditekankan," katanya.
Baca juga:
Mitigasi bencana cekungan Bandung harus segera dirancang
Emil usulkan aplikasi penanganan bencana cekungan Bandung
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018