Sekretaris Desa Cot Amun, Zakaria, di Meulaboh, Jumat, mengatakan, banjir dipicu oleh tingginya intensitas curah hujan dalam sepekan terakhir, namun tidak ada warga yang mengungsi.
"Warga tidak mengungsi, tetapi mereka bertahan di rumahnya, ada juga yang terpaksa menumpang di rumah saudara yang posisinya lebih aman dari banjir," katanya.
Banjir di permukiman desa Cot Amun sudah terjadi sejak sepekan ini tidak kunjung surut total, beberapa hari lalu genangan air sempat berkurang, kemudian sungai kembali meluap akibat tingginya curah hujan.
Beberapa masyarakat terdampak banjir di lokasi itu mengeluhkan belum ada bantuan apapun dari pemerintah daerah selama bencana alam banjir mengepung permukiman mereka.
Hamdani, seorang warga terdampak banjir yang ditemui Antara, menyatakan, banjir ini terparah selama dua hari ini, sebelumnya ketinggian air hanya sekira 20 CM, namun saat ini bertambah 30 - 50 CM.
"Mana bisa kerja pak, kalau banjir terus seperti ini. Kami hanya berharap ada bantuan beras dan makanan untuk anak kalau ada, tetapi belum ada sudah hampir seminggu ini," tandasnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur wilayah Barat Selatan Provinsi Aceh.
"Harap waspada adanya potensi banjir untuk warga di bantaran sungai karena masih adanya peluang hujan dengan intensitas lebat pada sore dan malam hari," kata Prakirawan BMKG Meulaboh-Nagan Raya, Angga Yudha.
Prakiraan cuaca wilayah Barat Selatan Aceh itu berlaku pada 12 - 13 Oktober 2018 sejak pukul 07:00 WIB.
Cuaca ekstrem ini mencakup Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya (Abdya), Nagan Raya, Simeulue, Aceh Barat dan Aceh Jaya.
"Masyarakat juga perlu mewaspadai adanya potensi petir yang terjadi pada sore dan malam hari," katanya.
Baca juga: 44 orang korban banjir di Aceh Barat
Baca juga: Banjir putuskan jalan Singkil-Aceh Selatan
Pewarta: Anwar
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018