Tetes keringat, setiap air mata yang jatuh, setiap teriakan frustrasi, setiap doa yang dipanjatkan, setiap sorak kegembiraan, terekam sebagai kenangan emosional.
Sepanjang perhelatan ajang olahraga disabilitas terbesar di Asia yang digelar sejak 6 Oktober lalu, para atlet telah membuka mata bahwa Asian Para Games bukan sekedar kompetisi untuk memperebutkan medali.
Tetapi saat mata tidak bisa melihat, telinga tak mampu mendengar, saat seorang manusia harus kehilangan tangan atau kakinya, harapan selalu menyala.
Harapan dalam keterbatasan mereka yang mewujud dalam semangat yang disaksikan langsung para penonton.
"Asian Para Games lebih dari ajang olahraga, lebih dari kompetisi, lebih dari memperebutkan medali untuk negara masing-masing," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidatonya di upacara penutupan Asian Para Games 2018.
Ia mengatakan, keberhasilan para atlet meraih medali di Asian Para Games 2018 menjadi momen kejayaan terbaik sehingga dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap para penyandang disabilitas.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi para atlet Asian Para Games 2018 sebagai pemenang kemanusiaan.
"Anda semua adalah pemenang, bukan saja di arena kompetisi tetapi pemenang bagi kemanusiaan. Terima kasih karena telah memberikan kami sebuah kompetisi yang menyenangkan," ujar Wapres.
Baca juga: Wapres Jusuf Kalla: Atlet Asian Para Games pemenang kemanusiaan
Harapan selalu menyala
Asian Para Games Jakarta kali ini merupakan perhelatan ketiga setelah digelar pertama di Guangzhou tahun 2010 dan di Incheon tahun 2014.
Asian Para Games 2018 diikuti sebanyak 2.762 atlet dari 43 negara peserta yang mengikuti 512 nomor pertandingan dari 18 cabang olahraga, selain 16 nomor pertandingan non-medali pada cabang para-atletik dan para-renang.
Indonesia berada di peringkat kelima dengan total perolehan 135 medali, yakni 37 emas, 47 perak dan 51 perunggu. China jauh berada di puncak peringkat dengan memborong 172 medali emas, 88 medali perak, dan 59 medali perunggu.
Indonesia 2018 Asian Para Games (INAPG 2018) adalah ajang multi sport internasional pertama di Asia yang mengikutsertakan atlet-atlet dengan disabiltas yang berbeda-beda.
Sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang menggelar ajang Para Games, alangkah baiknya agar momen ini menjadi langkah awal agar Indonesia lebih ramah kepada komunitas disabilitas.
Ajang olahraga internasional ini merupakan langkah nyata dalam kehidupan inklusif yang merangkul setiap individu tanpa memandang kemampuan.
Bertajuk "We Are One Wonder", pesta penutupan Asian Para Games digelar di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta dengan panggung yang jauh lebih sederhana dibandingkan saat pembukaan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Sebagian besar penonton berdiri di tengah lapangan menghadap panggung. Sisanya duduk di sisi kanan dan kiri lapangan.
Upacara penutupan ini dipersembahkan untuk merayakan keberhasilan para-atlet yang luar biasa, yang membuktikan bahwa saat kita bersatu, banyak hal ajaib dan luar biasa yang bisa kita raih, melampaui segala batas kemampuan.
Dalam pesta yang sederhana, para penonton, volunter dan atlet melebur dan tetap antusias untuk merayakan kebersamaan tersebut.
Sekelompok wayang mengejar api Asian Para Games. Pada saat bersamaan, 10 wayang hadir di atas panggung untuk sebuah pertunjukan artistik. Di layar, wayang-wayang tersebut memanjat kaldron dan mematikan api, menutup satu minggu penuh keajaiban.
Api yang padam dalam video wayang yang disutradarai Ifa Isfansyah itu menandai berakhirnya Asian Para Games 2018.
Api telah padam, namun harapan terus menyala. Terima kasih kepada pemenang kemanusiaan!
Baca juga: Anies Baswedan serahkan bendera Asian Para Games
Baca juga: Ondel-ondel, komodo, dan gangnam ramaikan penutupan Asian Para Games 2018
Baca juga: Daftar perolehan medali Asian Para Games (final)
Baca juga: Doa untuk Sulawesi Tengah di penutupan Asian Para Games
Baca juga: Pesta penutupan Asian Para Games digelar di Stadion Madya
Pewarta: Monalisa
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2018