Menduduki peringkat kedua dalam balapan hari kedua, sudah cukup untuk mengamankan gelar juara dengan nilai tertinggi dan tidak mungkin terkejar lawan, yaitu 347 poin.
Sukses tersebut membuatnya memenuhi syarat untuk balapan di level Formula Satu musim depan.
Beberapa pemenang sebelumnya di kejuaraan tersebut, yang telah berevolusi selama bertahun-tahun, termasuk empat kali juara dunia Formula Satu Lewis Hamilton dari tim Mercedes.
Sang ayah, Michael Schumacher, juga pernah menjadi juara F3 di Jerman pada tahun 1990, setahun sebelum debutnya di Formula Satu dengan tim Jordan dan kemudian bergabung dengan Benetton.
Mick Schumacher telah meraih delapan kemenangan dari 12 lomba yang diikutinya, lima di antaranya secara beruntun bersama Tim Prema yang didukung Mercedes. Tahun lalu pada debutnya, ia hanya menduduki peringkat ke-12 klasemen umum.
"Ini seperti tidak nyata. Saya benar-benar senang," kata Schumacher.
"Saya masih tidak bisa mempercayainya," katanya menambahkan.
Toto Wolff, Kepala Mercedes Motorsport menjalankan tim F1 yang dikendarai Schumacher di akhir karirnya, mengatakan bahwa Mick memiliki potensi besar.
"Perhatian terfokus pada anak muda ini sejak awal, dan dia berada di bawah banyak tekanan. Tidak mudah mengatasi semua itu," katanya.
"Penampilannya di paruh kedua musim ini lebih mengesankan. Dia telah menunjukkan bahwa dia memang memiliki apa yang dibutuhkan dan dia bisa menjadi salah satu pembalap hebat," katanya menambahkan.
Michael Schumacher, pembalap paling sukses dalam sejarah Formula Satu, belum pernah terlihat di depan publik sejak ia menderita cedera kepala parah dalam kecelakaan ski di Prancis pada Desember 2013.
Privasi mantan pengemudi Ferrari dijaga ketat di rumah keluarga di Swiss.
(Uu.A032
Baca juga: Mengikuti jejak ayahnya, putra Michael Schumacher incar F1
Baca juga: Ferrari "buka pintu" untuk putra Michael Schumacher
Pewarta: .
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2018