• Beranda
  • Berita
  • Tekan tensi perang dagang, hentikan "masa kelam"

Tekan tensi perang dagang, hentikan "masa kelam"

14 Oktober 2018 15:55 WIB
Tekan tensi perang dagang, hentikan "masa kelam"
IMF - WBG : SHARIA ECONOMIC FORUM Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sambutannya saat pembukaan Sharia Economic Forum di sela Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018, Nusa Dua, Bali, Minggu (14/10). (ICom/AM IMF-WBG/M Agung Rajasa/hp/2018.)

Kalau ekspor bisa maju lebih cepat, bereaksi terhadap lingkungan dan kesempatan yang sekarang, ekspornya bisa naik.

Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) 2018 di Nusa Dua, Bali, menelurkan pesan yang patut dilakoni negara anggota lembaga keuangan internasional tersebut, yakni perdagangan internasional penting diimplementasikan dengan antara lain menekan tensi perang dagang.

Perdagangan internasional itu bisa dikatakan sebagai upaya untuk menghentikan "masa kelam" dalam perekonomian global yang saat ini menghadapi sejumlah tantangan berupa ketidakpastian kebijakan, perkembangan geopolitik dan pengetatan keuangan global, juga kenaikan level utang dan volatilitas mata uang.

Komite Pembangunan Bank Dunia yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat melakukan pertemuan di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10), dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, menilai perdagangan internasional itu penting untuk mendorong kualitas pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pembangunan berkelanjutan.

Tantangan perdagangan internasional terutama dengan munculnya perang dagang antara AS dan China telah membuat ketidakpastian perekonomian global sehingga memengaruhi perekonomian negara berkembang seperti Indonesia.

Bahkan IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,7 persen pada 2018 dan 2019, 0,2 persentase poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada Juli.

Presiden Joko Widodo pada acara pembukaan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua Convention Center Bali, Jumat (12/10), mengajak para pembuat kebijakan di dunia untuk menghentikan "masa-masa kelam" dalam perekonomian setelah 10 tahun dunia terbebas dari depresi global.

"Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa winter is coming," kata Presiden.

Presiden Jokowi mengasosiasikan situasi perekonomian global saat ini sebagaimana yang terjadi dalam serial Game of Thrones, di mana perebutan pengaruh dan kekuasaan terjadi.

Padahal 10 tahun yang lalu, katanya, dunia mengalami krisis finansial global, namun berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besar, para pembuat kebijakan telah menyelamatkan dunia dari depresi global yang pada waktu itu sudah di depan mata.

Setelah 10 tahun berlalu, dunia dinilainya tetap harus waspada terhadap peningkatan risiko dan kesiapsiagaan dalam mengalami ketidakpastian global. Perang dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta negara-negara maju seperti AS dan China untuk menekan tensi perang dagang yang meningkat dengan melakukan negosiasi yang saling menguntungkan.

Mantan Direktur Pelaknsana Bank Dunia itu, mengakui terdapat upaya dari negara-negara yang terlibat dalam perang dagang untuk melakukan perundingan.

Misalnya, AS telah memberikan sinyal untuk merundingkan kesepakatan perdagangan dengan negara mitra dagang, seperti Meksiko, Kanada, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Jepang.

Ia mengharapkan upaya perundingan dagang ini juga dilakukan antara AS dan China, yang selama ini melakukan perang tarif, untuk menghasilkan kesepakatan bersama sehingga tensi perang dagang berkurang.



Menurunkan

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan eskalasi perang dagang dunia yang terus berlanjut dapat menurunkan satu persen Produk Domestik Bruto (PDB) global dalam dua tahun ke depan.

Demi kepentingan bersama, maka negara-negara di dunia perlu menurunkan tensi perang dagang dunia, sekaligus mereformasi sistem perdagangan global menuju tatanan atau rantai ekonomi yang lebih adil bagi masyarakat luas.

Selain itu, Lagarde menegaskan semua negara perlu bekerja sama untuk menangani permasalahan dalam sektor perdagangan serta konsisten melakukan reformasi struktural.

Sementara itu, pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 menekankan bahwa kerja sama perdagangan internasional harus ditingkatkan karena dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi global.

"Kami menyepakati perdagangan internasional sangat penting sebagai mesin pertumbuhan. Untuk itu, perlu upaya untuk mengurangi tensi yang dapat menyebabkan sentimen negatif pasar dan meningkatkan ketidakpastian sektor finansial," kata Menteri Keuangan Argentina selaku Ketua Pertemuan, Nicolas Dujovne.

Dujovne menambahkan kerja sama antarsesama negara G20 menjadi kunci untuk menjaga stabilitas keuangan global dan menghadapi tantangan tersebut.

Pertemuan itu dihadiri 20 Menteri Keuangan dan 17 Gubernur Bank Sentral dari negara-negara anggota G20. Hasil dari pertemuan di Bali ini akan dibawa dalam Pertemuan Tingkat Pemimpin Negara G20 yang akan diselenggarakan pada 30 November-1 Desember 2018 di Buenos Aires.

Pemimpin bank sentral yang berpengaruh dalam arus likuiditas global ketika berkumpul di Nusa Dua, Bali, Minggu (14/10), juga membahas respons dalam menyikapi ketidakpastian ekonomi global, terutama untuk membendung dampak perang dagang yang berkelanjutan terhadap pasar finansial.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terdampak oleh potensi perlambatan ekonomi global yang terjadi pada 2018 dan 2019.

Negara berkembang akan mengalami pengaruh revisi ke bawah, entah melalui perdagangan internasional atau suku bunga yang semakin mahal.

Dalam lingkungan global penuh gejolak, termasuk adanya perang dagang, salah satu upaya yang bisa menjaga pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah adalah dengan melakukan optimalisasi ekspor.

"Kalau ekspor bisa maju lebih cepat, bereaksi terhadap lingkungan dan kesempatan yang sekarang, ekspornya bisa naik. Jadi walau investasi tertahan, pertumbuhan kita masih bisa naik. Namun kalau ekspor tidak secepat yang diharapkan, pertumbuhan menjadi lebih lemah," kata Menkeu.*

Baca juga: Indonesia Bersuara Lantang Untuk Kurangi Dampak Ketidakpastian Ekonomi Global

Baca juga: Menkeu nyatakan Indonesia mulai fokus kembangkan keuangan sosial syariah



 

Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018