Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pergerakan dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang dunia seiring masih terbukanya potensi bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya.
"Beberapa kalangan analis menilai the Fed masih terbuka untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas di tengah penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
"Situasi itu diharapkan dapat mengurangi tekanan pada rupiah dan terbuka peluang untuk berbalik naik," katanya.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang juga diharapkan dapat memperkuat laju fluktuasi rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan rupiah diperkirakan dapat menguat pada hari ini (15/10) njelang rilis data neraca perdagangan bulan September.
"Defisit neraca perdagangan diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 500 juta dolar AS atau kemungkinan dapat mencatatkan surplus," katanya.
Baca juga: Ichsanudin sebut Indonesia hadapi sembilan tantangan 2019
Baca juga: Peneliti nilai penguatan rupiah jangan andalkan suku bunga acuan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018