Makanan halal tidak sulit di Taiwan

16 Oktober 2018 10:55 WIB
Makanan  halal tidak sulit di Taiwan
Tanda restoran di Taiwan menyediakan makanan halal (Foto: ANTARA News/Santoso)

Melalui aplikasi ini, umat Islam di Taiwan nanti akan mendapatkan banyak informasi mengenai restoran atau rumah makan halal, hotel yang memberikan pelayanan halal, masjid, dan komunitas Muslim di Taiwan.

Seorang karyawan kafe mempersilahkan ketiga orang yang masuk untuk duduk deretan kursi bagian tengah setelah memastikan bahwa mereka datang untuk makan malam di salah satu kafe di kawasan Chung Shan N Rd, Kota Taipei, Taiwan.
   
"Kami ingin makanan halal," kata Carlos Jeng-Ren Yin, seorang staf Kementerian Luar Negeri Taiwan yang saat itu mengantar dua jurnalis beragama Islam untuk mencari makanan halal.
   
Seharian, kedua jurnalis ini makan seadanya karena enggan makan makanan yang belum diyakini kehalalannya.  Mereka berada di Taiwan untuk menghadiri perayaan Hari Nasional Kembar Sepuluh (Double Tenth National Day). Hari itu mengacu pada tanggal 10 Oktober 1911 ketika ada pemberontakan untuk mengakhiri sistem negara kekaisaran dan berganti menjadi negara republik. "Kami ada sertifikat halal," kata Doris, pelayan Ahmi Cafe.
   
Seorang karyawan lalu menununjukkan semacam plakat  di dinding berwarna putih dan bertulis tinta hijau.  Plakat yang bertuliskan "Muslim Friendly Tourism" atau ramah wisatawan Muslim dikeluarkan oleh Asosiasi Muslim China (Chinese Muslim Assosiation).
  
Selain di Ahmi Cafe, makanan halal sebenarnya banyak ditemukan di di Taiwan. Di Grand Hotel yang merupakan hotel berbintang lima ini, makanan halal bisa didapatkan bahkan lokasi restoran terpisah dengan restoran umum. Restoran makanan  halal di Grand Hotel ada di lantai 10, sedangkan restoran umum ada di lantai 1.
   
Grand Hotel memasang label jaminan makanan  halal tidak hanya di restoran, tapi juga di resepsionis agar mudah dilihat para tamu.
   
Silk Palace Restauran yang berada dalam kawasan National Palace Museum juga menyediakan makanan halal. Di Taoyuan International Airport, makanan halal juga mudah ditemui kendati  tidak ada di setiap toko. Makanan halal diletakkan dalam rak khusus sehingga warga Muslim dengan mudah menemukan makanan halal.
    
Makanan halal juga tersedia di resor sederhana, Long Yun Leisure Farm  yang berada di lereng Gunung Alishan. Udara di kawasan ini sangat sejuk karena berdekatan dengan Alishan National Scenic Area. "Kami sudah mendapatkan sertifikat halal," kata Jaden, pemilik resor.
   
Ia menerangkan bahwa masakan halal ini juga termasuk memiliki dapur halal. "Jadi kami memiliki dua dapur, salah satunya dapur halal ini," katanya. Dalam dua dapur tersebut menggunakan peralatan dan perlengkapan yang terpisah. Bahkan dapur halal  memiliki peralatan yang bertuliskan halal, seperti di mangkuk dan piring.
    
Persoalan makanan halal memang menjadi salah satu persoalan bagi wisatawan Muslim yang berkunjung ke negara wilayah yang mayoritas warganya non-Muslim.
   
Seorang muslim selalu memastikan bahwa setiap makanan yang akan disantap selalu halal mulai dari proses pemotongan, penyimpanan hingga pemasakan.
  
Proses pemotongan hewan, penyimpanan dan pemasakan bahan pangan halal juga harus terpisah dan tidak boleh bercampur dengan babi, alkohol dan barang tidak halal lain. Nah,  Taiwan menyadari pentingnya ke ketersediaan makanan halal di wilayah itu sehingga sejak beberapa tahun terakhir ini menggenjot jumlah restoran yang menyediakan makanan halal.
  
Keberadaan makanan halal ini merupakan salah satu upaya Taiwan  dalam mengeruk pangsa pasar wisata halal. Kepala Kantor  Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO) Jakarta, John Chen, kepada pada acara promosi wisata Taiwan di Jakarta, awal Oktober mengatakan 200 hotel dan restoran yang telah mendapat sertifikat halal.



Aplikasi Halal
  
Untuk membantu pelancong mendapatkan makanan halal maka pada 2016, ada dua orang mahasiswa Indonesia menciptakan program aplikasi berbasis Android untuk membantu menemukan produk dan pelayanan halal di Taiwan.
   
Kedua mahasiswa itu adalah Aris Kusumo Diantoro dan Faisal Fahmi, keduanya mahasiswa Indonesia yang menempuh program magister di National Chiao Tung University (NCTU) Taiwan. "Saat ini pengetahuan mengenai kehalalan masih rendah. Muslim yang datang ke Taiwan tentunya akan merasa khawatir dengan makanan dan lingkungan di Taiwan," ujar Aris yang berasal dari Sleman, Yogyakarta.
    
Aplikasi yang diberi nama "Taiwan Halal" diharapkan mampu mengatasi masalah yang dialami umat Islam, baik pekerja, pelajar, maupun wisatawan, yang menginginkan produk dan pelayanan halal di negeri berjuluk "Formosa" itu. "Sebagai umat Islam, kami harus berusaha secara maksimal untuk mengikuti aturan halal atau haramnya satu produk atau layanan," ujarnya.
   
Aris menyadari banyak pekerja, pelajar dan wisatawan Muslim di Taiwan yang sering kali mengalami kesulitan untuk mendapatkan produk dan jasa sesuai syariat Islam.

"Melalui aplikasi ini, umat Islam di Taiwan nanti akan mendapatkan banyak informasi mengenai restoran atau rumah makan halal, hotel yang memberikan pelayanan halal, masjid, dan komunitas Muslim di Taiwan. Kami berharap program yang dapat diakses melalui telepon seluler dan komputer ini dapat memandu mereka," ujarnya didampingi Faisal Fahmi yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah.
   
Faisal yang bertindak sebagai programmer meminta masukan dari para pengguna agar aplikasi tersebut semakin mendekati kesempurnaan dalam memberikan pelayanan dan informasi mengenai kehalalan di Taiwan. Dengan cara itu, maka mencari makanan halal di Tawain menjadi tidak sulit kendati tidak semudah di Indonesia.*

Baca juga: Taiwan tawarkan wisata halal pada Indonesia

Baca juga: GWO-KDEI latih TKI Taiwan masak mi halal


 

Pewarta: Santoso
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018