"Mari kita fokus pada sungai yang ada di Kota Bogor, utamanya Sungai Ciliwung," kata Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto saat mendeklarasikan program Naturalisasi DAS Ciliwung-Cisadane, Rabu.
Program naturalisasi DAS Ciliwung ini ditandai dengan melakukan aksi bebersih di Sungai Ciliwung Rabu pagi, melibatkan sejumlah pihak mulai dari dinas dan instansi terkait, Korem 061/Suryakancana, Polresta Bogor Kota, komunitas, akademisi, dan warga.
Kegiatan bebersih Sungai Ciliwung ini difokuskan di tiga lokasi yang dialiri Sungai Ciliwung yakni, Lebak Pilar, Sempur Kaler, dan Kelurahan Sempur.
Menurut Bima, program naturalisasi DAS Ciliwung akan dilakukan secara serius dan konsisten. Sedikitnya ada tiga target yang akan dicapai dari program ini yakni memastikan kualitas hidup warga sepanjang DAS menjadi lebih baik, mewujudkan wisata air terintegrasi, dan pencegahan bencana khususnya banjir.
"Ada enam langkah yang disiapkan Pemerintah Kota Bogor, di antaranya sosialisasi dan kampanye naturalisasi Ciliwung," kata Bima.
Ia mengatakan, tidak ada kata terlambat untuk mengembalikan kondisi Sungai Ciliwung menjadi lebih baik, melalui gerakan bersama semua pihak, unsur dan elemen.
Selain sosialisasi dan kampanye, lanjutnya, langkah berikutnya adalah melaksanakan penegakan hukum, dan melakukan aksi bersih sungai secara rutin.
"Langkah berikutnya, melaksanakan kebijakan mikro untuk memastikan ada hal yang dilakukan jika ada yang membuang limbah ke Sungai Ciliwung," katanya.
Sedangkan untuk kebijakan makro, lanjutnya, dengan memastikan kegiatan di dinas agar fokus pada program Naturalisasi Ciliwung.
"Jadi naturalisasi ini tidak akan putus karena ada di bawah gugus tugas, sehingga akhir tahun ini akan terlihat perubahan Ciliwung," katanya.
Untuk memudahkan koordinasi, dan pengawasan program, Wali Kota Bogor telah membentuk gugus tugas yang beranggotakan dinas, komunitas serta instansi terkait.
"Bagi semua yang bekerja dan memperlihatkan hasilnya, kita akan berikan penghargaan," kata Bima.
Konsep naturalisasi dimunculkan oleh para pakar yang terlibat dalam gugus tugas Naturalisasi Sungai Ciliwung salah satunya pakar landscape IPB Prof Hadi Susilo Arifin.
Putri Cantika dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) menjelaskan, naturalisasi berbeda dengan normalisasi yang selama ini lazim dikenal orang awam.
"Naturalisasi itu mengembalikan morfologi sungainya ke kondisi semula, kebutuhan yang dijawab melalui konsep betonisasi bisa dijawab dengan pembuatan bio retaining wall, yang lebih alami," katanya.
Menurutnya, teknik semacam ini masih memberikan ruang hidup untuk ekosistem sungai dan memperbaiki tepian sungai. Berbeda dengan normalisasi yang digunakan pemeritah selama ini arahnya betonisasi, berfokus pada pembangunan fisik.
"Betonisasi sejak awal banyak ditolak tetapi masih terus dilakukan, banyak dampak buruknya," kata Putri.
Sementara itu, Ketua Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor, Een Irawan Saputra mengatakan, memulai program naturalisasi DAS Ciliwung memerlukan keterlibatan publik (seluruh lapisan masyarakat) untuk mengembalikan sungai bersih dan bebas dari sampah.
Hasil program ini nantinya, dengan kondisi Sungai Ciliwung yang terjaga ekosistem dan kebersihannya, dengan keterlibatan peran aktif masyarakat, akan menjadi destinasi wisata baru, yang dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai penunjang perekonomian.
Baca juga: Pemprov Jakarta pastikan Sungai Ciliwung bersih dari sampah
Baca juga: Presiden mimpi Ciliwung sebersih Sungai Cheongyecheon Seoul
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018