Setahun setelahnya, penyanyi asal Yogyakarta itu merilis album pertama "Generasi Y" yang berhasil membawa nama Kunto Aji berada di jajaran atas solois pria Indonesia.
Kunto mengatakan pemilihan tema yang tepat menjadi kunci kesuksesan album berisi sembilan lagu yang dirilis pada 2015 itu.
"Temanya milenial. Pada saat itu marketnya sangat besar sekali, mereka yang sedang mengalami quarter life crisis," kata Kunto dalam Bincang Shopee edisi Sumpah Pemuda "Inspirasi Nada, Karya Pemuda," di Jakarta, Sabtu.
Selain tema, Kunto Aji mengatakan bahwa dalam menulis lagu harus memperhatikan perspektif, dinamika dan konklusi/tidak konklusi.
Tema yang menjadi payung atau ide besar sebuah album kemudian dibagi menjadi subtema yang tidak jauh dari tema milenial. Sebagai contoh, lagu "Akhir Bulan" di mana Kunto Aji ingin menulis lagu tentang hedonisme.
Tema lagu seperti ini pernah disampaikan Efek Rumah Kaca (ERK) lewat lagu "Belanja Terus Sampai Mati." Untuk itu, Kunto Aji mengaku ingin menulis sesuatu yang berbeda dari sudut pandangnya sendiri.
"Saya tidak mau terlalu berat, tidak mau menggurui, mengambil perspektif diri saya sendiri. Menngambil waktu saya kuliah, akhirnya saya memuat lagu yang bisa mewakili milenial karena menempatkan diri saya sendiri sebagai pelaku," ujar bapak satu anak itu.
Tema umum, percintaan misalnya, selalu dapat dibuat lagu dengan sudut pandang bermacam-macam.
"Cukup jengah dengan tema cinta yang mainstream, yang selalu pihak yang tersakiti. Bisa dibuat sesuai personalisasi saja. Patah hati enggak harus menye-menye," kata Kunto Aji.
Selanjutnya, dinamika dalam menulis lagu, dinilai penting bagi Kunto Aji. Dinamika yang dimaksud termasuk absennya lirik dalam sebuah lagu, karena menurut dia melodi musik dapat berbicara untuk menyampaikan pesan lagu kepada pendengar.
"Selain rap, jeda itu sangat penting dalam sebuah lagu karena orang butuh mencerna yang lirik yang didengar untuk dapat masuk ke kepala," kata penyanyi juara harapan satu Indonesian Idol 2008 itu.
Terakhir, konklusi sebuah lagu perlu disertakan dalam lirik. Konklusi, menurut Kunto Aji, tidak harus menjawab problem dalam lagu, tapi bisa saja menggantung.
"Konklusi tapi masih menggantung perasaan itu justru akan mengganggu pendengar yang justru membuat sebuah lagu kuat. Mungkin kalau mereka tidak merasakan hal itu, mereka mengingat momen saat merasakan hal itu," ujar Kunto Aji.
Contohnya, dalam lagu "Terlalu Lama Sendiri" di mana lirik "Jauh di lubuk hati aku tak ingin sendiri" menjadi penutup lagu yang mendapat penghargaan "Song of the Year" pada Indonesia Choice Awards 2015 itu.
"Inti dari menulis lagu adalah kegelisahan. Apa yang saya pelajari membentuk kita sebagai penulis. Cobalah menemukan jati diri sendiri," kata penyanyi yang memiliki latar belakang pendidikan D3 Akuntansi itu.
Baca juga: Kunto Aji tampil memukau di Synchronize Fest 2018
Baca juga: Album kedua Kunto Aji bisa jadi terapi kesehatan mental
Baca juga: Kunto Aji luncurkan album "Mantra Mantra"
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018