Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) mendorong masyarakat untuk menyebarkan konten yang positif dan dapat dipercaya kebenarannya saat menggunakan media sosial (medsos).Dengan era digital, memfitnah orang gampang, menyebarkan berita tidak baik mudah, itu adalah tindakan yang melanggar ajaran agama.
"Di era digital sekarang ini informasi-informasi berseliweran, padat dan banyak. Dalam menyikapi kondisi ini, yang penting kita harus cerdas digital," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Imam Safe'i dalam acara peluncuran program Think Before You Share 2018/2019, Jakarta, Senin.
Imam menuturkan para pengguna medsos harus berhati-hati dalam menanggapi informasi yang baru muncul pertama kali atau yang bertubi-tubi muncul.
Para pengguna medsos, lanjutnya, juga harus mengecek terlebih dahulu informasi yang didapat sebelum menyebarluaskan ke publik karena dikhawatirkan berita yang salah atau palsu.
"Di tradisi kita ada klarifikasi, lebih tinggi lagi triangulasi, check (memeriksa), recheck dan crosscheck (memeriksa kembali)," ujarnya.
Imam menuturkan salah satu peran orang tua dalam mendampingi anak menggunakan media sosial adalah bisa membimbing anak untuk mengklarifikasi terlebih dahulu informasi yang di dapat.
"Tugas kita bagaimana memberikan konten yang positif," ujarnya.
Dia mendorong agar masyarakat lebih banyak mengkonsumsi konten-konten positif untuk membentuk pribadi yang lebih baik.
"Kalau positif banyak masuk, negatif berkurang. Tapi kalau negatif banyak masuk, positifnya berkurang," tuturnya.
Imam mengatakan perkembangan teknologi dan arus informasi yang cepat tidak dapat dielakkan atau ditolak, justru harus bisa menghadapinya dengan penggunaan media sosial yang cerdas dan bijak serta kemampuan berpikir kritis dalam memilah informasi.
Selain itu, para pengguna media sosial seharusnya gencar dalam menyebarkan konten positif bukan negatif.
"Dengan era digital, memfitnah orang gampang, menyebarkan berita tidak baik mudah, itu adalah tindakan yang melanggar ajaran agama," tuturnya.
Dia mengatakan perkembangan dunia digital juga berdampak positif sebagai sarana pembelajaran seperti pengajian digital dan banyak kemudahan untuk berbuat baik dengan media sosial.
"Kita bekerja sama dengan teman-teman bagaimana (media sosial) ini memberikan dampak positif bagi anak didik kita dan komunitas di dunia pendidikan," tuturnya.
Sebelumnya, Facebook dan Yayasan Cinta Anak Bangsa memperluas program Think Before You Share dengan menjangkau guru dan orang tua dalam rangka mendorong penggunaan media sosial yang cerdas bagi anak-anak baik di sekolah ataupun di rumah.
Program itu direncanakan hadir di 150 sekolah dan memberikan pelatihan ke 21.000 siswa, guru dan orang tua.
Pada pelaksanaan yang ketiga kalinya itu, ada tujuh provinsi yang akan menjadi prioritas yakni Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.
Program itu bertujuan untuk meningkatkan literasi digital guna membangun komunitas yang lebih bijak dalam beraktivitas di media sosial.
Pada tahun pertama pelaksanaannya di 2016, program itu telah menjangkau 1.400 remaja di tujuh kota untuk mendorong percakapan dalam jaringan yang lebih sehat dan menyediakan sumber informasi agar para remaja dapat tetap aman di platform dalam jaringan (daring). Di tahun kedua, sebanyak lebih dari 11.000 siswa di 100 kota sekolah di Jakarta telah dilatih.*
Baca juga: Guru dan orang tua diminta dampingi anak bijak ber-medsos
Baca juga: Tips agar anak aman ber-media sosial
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018