Kalteng masuk zona merah anak kerdil

23 Oktober 2018 17:49 WIB
Kalteng masuk zona merah anak kerdil
Ilustrasi - anak kurang gizi. (ANTARA FOTO)

Penyebab stunting tidak hanya faktor kemiskinan tetapi juga karena kesalahan pola asuh orang tua.

Palangka Raya (ANTARA News) - Provinsi Kalimantan Tengah masuk zona merah penderita stunting (anak kerdil) dimana angka prevalensinya di provinsi ini mencapai 40 persen. "Penyebab stunting tidak hanya faktor kemiskinan tetapi juga karena kesalahan pola asuh orang tua," kata Plt Kepala BKKBN Kalteng Satyawati Kusumawijaya di Palangka Raya, Selasa.

Menurut dia, peran keluarga juga menjadi penentu bagaimana kualitas hidup anak kelak. Terutama di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Untuk itu, pihaknya terus berupaya mengintensifkan upaya-upaya pencegahan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. "Salah satunya dengan meningkatkan peran para kader posyandu dan penyuluh KB," katanya.

Pernyataan itu diungkapkannya pada acara sosialisasi integrasi program pembangunan keluarga oleh BKKBN Kalteng yang diikuti 250 kader posyandu dan penyuluh lapangan KB se Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya.

Dia mengatakan kader-kader posyandu dan penyuluh KB memiliki peran sangat vital untuk pencegahan stunting.

"Untuk itu kami berupaya meningkatkan pemahaman tentang pola mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui berbagai kegiatan stimulasi dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia," kata dia.

Anggota Komisi IX DPR RI, Hang Ali Saputra Syah Pahan, yang menjadi pemateri dalam sosialisasi itu mengatakan berdasar riset, tujuh dari 10 anak di Indonesia, termasuk di Kalteng, tidak menyukai sayur dan buah-buahan.

"Biasanya, kalau orang tuanya tidak suka sayur dan buah, maka mereka juga enggan memberikan anak-anaknya makan sayur dan buah. Padahal sayur dan buah merupakan sumber protein dan vitamin serta zat-zat lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak," kata Hang Ali.

Politisi PAN itu menambahkan, stunting tak hanya berdampak pada penampilan tubuh anak yang kerdil, tetapi otak mereka juga mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang.

"Pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, melainkan juga ayah. Peran ayah ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan dan kepercayaan diri anak sejak dalam kandungan," kata Hang Ali.*

Baca juga: Dosen Riau hasilkan tepung untuk atasi "stunting"

Baca juga: Orang tua berpengetahuan, kunci agar anak tidak kerdil


 
 

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018