Sore itu jalanan Malioboro tak seperti hari-hari biasanya. Kepadatan lalu lintas di jalan yang menjadi urat nadi Kota Yogyakarta itu seakan-akan hilang. Barisan bangku taman di jalan satu arah itu terlihat kosong. Ratusan pejalan kaki yang setiap hari menapaki pedestrian juga berkurang dibanding hari biasanya.Harapannya, kegiatan ini bisa semakin mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota budaya.
Selain itu pedagang yang berjejer di sepanjang jalan itu terlihat mulai membenahi dagangan mereka. Dagangan berupa oleh-oleh khas Yogyakarta yang biasanya dijual hingga tengah malam, kini harus ditutup sementara.
Saat itu perhatian masyarakat Yogyakarta tertuju pada beberapa ratus meter ke arah utara Jalan Malioboro. Ya, tepatnya simpang empat Tugu Pal Putih, secara perlahan jumlah kendaraan melintas dari Tugu menuju Margo Utomo semakin berkurang dan akhirnya ditutup untuk akses kendaraan.
Terlihat petugas menata besi pembatas yang diletakkan di sepanjang jalan yang ditutup untuk akses kendaraan sore itu. Jalanan tersebut akan digunakan sebagai jalur yang dilewati arak-arakan wayang orang dalam ajang "Wayang Jogja Night Carnival" (WJNC) 2018.
Sejak tiga tahun terakhir, Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya memperkenalkan kegiatan budaya yang menjadi bagian perayaan hari jadi kota yang tahun ini mencapai ke-262. Dalam pelaksanaan ketiga ini, mereka mengeluarkan segala kemampuan dan menjadikan ajang ini masuk dalam salah satu kegiatan pariwisata nasional.
Saat itu Minggu (7/10), jam menunjukkan pukul 18.00 WIB, langit yang tadinya kemerah-kemerahan perlahan menjadi gelap. Lampu-lampu penerangan yang dipasang di ruas Jalan Sudirman, Jalan Mangkubumi dan Jalan Margo Utomo membuat kawasan tersebut menjadi terang benderang.
Malam itu suasana begitu meriah, ribuan orang terlihat berdesak-desakan di belakang pembatas besi memanjang di kedua sisi ruas jalan yang ditutup. Sebagian besar masyarakat berada di Simpang Empat Tugu Pal Putih yang menjadi pusat kegiatan.
Simpang empat Tugu Pal Putih disulap menjadi pentas luas dan dilengkapi dua tenda utama yang menjadi tempat duduk pemangku kepentingan dan tamu undangan. Kegiatan tersebut dimulai dengan menjadikan Tugu Pal Putih sebagai layar video mapping yang dipenuhi warna-warna yang memukau.
Dilanjutkan dengan penampilan kendaraan hias bertema Narasinga yang merepresentasikan Dewa Wisnu sebagai dewa pelindung.
Setelah itu tiba-tiba alunan musik tradisional yang dibalut dengan musik modern membuat pengunjung berteriak, belasan penari laki-laki dan wanita berlari menuju ke depan tenda utama. Mereka langsung melakukan koreografi dan menikmati hentakan musik yang diikuti goyangan yang diberi nama Japemete.
Musik dan goyangan tersebut sepertinya khusus dibuat untuk memeriahkan acara itu dan sebagai obat lelah bagi mereka yang akan menampilkan karya mereka dalam ajang WJNC 2018 ini.
"Pawai wayang istimewa, wayang jogja night carnival. Pawai wayang istimewa, Japemete goyangannya. goyang wayang, ha..e, ha..e!" begitulah lirik musik yang membuat tamu undangan dan pengunjung kembali bersemangat dan ikut bergoyang menikmati meriahnya kegiatan malam itu.
Kemudian arak-arakan wayang dari 14 kecamatan mulai menampilkan karya mereka. Setiap kecamatan diminta menampilkan karya dalam bentuk tokoh perwayangan. Muali dari Rama Shinta, Rahwana, naga dan berbagai macam karya masyarakat setempat ditampilkan.
Setiap kecamatan diberikan waktu sekitar dua menit di depan pentas utama menampilkan karya mereka dalam bentuk kostum, gerakan, tari dan patung berukuran besar. Setelah itu arak-arakan harus melanjutkan perjalanannya menyapa seluruh warga kota yang berada di sisi kiri dan kanan jalanan tersebut.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan mewujudkan wayang dalam sebuah atraksi seni jalanan menunjukkan bahwa seni itu adaptif.
"Wayang yang merupakan budaya tradisi dapat berpadu dengan baik dalam bentuk karnaval. Harapannya, kegiatan ini bisa semakin mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota budaya," katanya.
Kolaborasi antara kesenian wayang dalam bentuk wayang kreatif yang ditampilkan oleh kelompok masyarakat di Kota Yogyakarta juga diharapkan menjadi refleksi bagi seluruh warga Yogyakarta dalam meneguhkan jati diri mereka dan jati diri Kota Yogyakarta yang berusia lebih dari dua setengah abad.
Ia mengatakan proses pembangunan Kota Yogyakarta harus tetap berpijak dan berakar kuat pada filosofi kelahiran kota tersebut. Pendiri Kota Yogyakarta tidak akan pernah menyangka jika Yogyakarta akan tumbuh sebagai kota yang dinamis dan penuh kreativitas seperti saat ini.
"Karakter Yogyakarta tetap harus dijaga sehingga Kota Yogyakarta bisa tumbuh tanpa kehilangan jati diri dan tetap bisa menjadi tujuan wisata," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, mencanangkan bulan Oktober sebagai bulan perayaan ulang tahun sekaligus bulan promosi wisata Kota Yogyakarta.
"Selama satu bulan penuh, akan ada kemeriahan hingga di setiap sudut Kota Yogyakarta. Hal ini tentu menjadi potensi dan tantangan bagi Kota Yogyakarta untuk berkembang dan maju bersama," katanya.
Ia mengatakan Oktober merupakan bulan untuk mempromosikan potensi parawisata Kota Yogyakarta, banyak pergelaran yang dilaksanakan dan puncak dari seluruh kegiatan adalah Wayang Jogja Nigth Carnaval.
"Suksesnya acara ini, tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang diberdayakan, mereka telah mempersiapkan sejak dari bulan Maret dan pementasan ini, pantas untuk diapresiasi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran dan Bisnis Dinas Parawisata Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan ajang WJNC tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena kali ini melibatkan seluruh warga Yogyakarta.
Pemkot melibatkan seluruh warga di 14 kecamatan untuk berkarya menampilkan sentuhan seni mereka dalam bentuk penokohan wayang. Setiap kecamatan dipimpin oleh seniman yang akan mengarahkan mereka dalam mempersiapkan karya mereka dalam pergelaran HUT Ke-262 Kota Yogyakarta.
Harapannya jelas, selain menunjukkan eksistensi Kota Yogyarkarta sebagai Kota Budaya, pemerintah daerah terus berusaha meyakinkan pihak terkait untuk menjadikan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) ke dalam kalender wisata tahunan nasional.*
Baca juga: "Wayang Jogja Night Carnival" diproyeksikan jadi ikon karnaval Yogyakarta
Baca juga: Wiwitan tandai dimulainya peringatan HUT yogyakarta
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018