LSI sebut kasus Ratna berefek elektoral Pilpres

23 Oktober 2018 20:38 WIB
LSI sebut kasus Ratna berefek elektoral Pilpres
Arsip: 
Tersangka penyebaran berita bohong atau hoax Ratna Sarumpaet (kiri) dikawal petugas saat menjalani pemeriksaan di Dirkrimum Polda Metro jaya, Jakarta, Senin (22/10/2018). Ratna Sarumpaet diperiksa sebagai tersangka terkait kasus penyebaran hoax tentang penganiayaan dirinya . ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan kasus dugaan hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet memiliki efek elektoral terhadap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

"Survei menemukan bahwa kasus tersebut menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif terhadap Jokowi dan menaikan sentimen negatif terhadap Prabowo," kata peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan sebanyak 25 persen responden menyatakan bahwa kasus dugaan hoaks itu membuat mereka lebih mendukung Jokowi.

Sementara itu menurut dia, sebanyak 17,9 persen responden menyatakan bahwa kasus itu membuat mereka lebih tidak mendukung Prabowo.

"Efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan Ratna adalah salah satu anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo dan diperkuat dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespon berita hoaks Ratna," ujarnya.

Ikrama menjelaskan secara umum survei LSI Denny JA itu menemukan bahwa kasus Ratna itu tidak mengurangi dukungan atau elektabilitas Prabowo-Sandi namun meningkatkan sentimen negatif terhadap pasangan tersebut.

Menurut dia naiknya sentimen negatif terhadap Prabowo-Sandi menyebabkan pemilih yang belum menentukan pilihan cenderung memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf.

"Perubahan dukungan pemilih yang belum menentukan pilihan dapat dilihat dari segmen pendidikan dan segmen pendapatan," katanya.

Di segmen pendidikan menurut dia, pemilih yang hanya lulus SD, SMP, SMA atau dibawahnya, pada survei LSI September 2018, dukungan terhadap Jokowi-Ma'ruf sebesar 54,3 persen.

Saat ini menurut dia, di Oktober 2018 atau setelah kasus hoaks Ratna, dukungan terhadap pasangan nomor urut 01 itu mengalami kenaikan yaitu 58,7 persen.

"Sementara pasangan Prabowo-Sandi cenderung stagnan di segmen pemilih ini," ujarnya.

Di segmen pendapatan, di pemilih ekonomi mapan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pada September 2018 sebesar 46,2 persen dan di Oktober 2018 sebesar 54,8 persen.

Sementara itu untuk pasangan Prabowo-Sandi di pemilih ekonomi mapan dukungannya mengalami penurunan, yaitu di September 2018 sebesar 43,8 persen namun pada Oktober 2018 sebesar 34,5 persen.

 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018