• Beranda
  • Berita
  • Ketua MPR desak polisi segera bertindak kasus pembakar bendera tauhid

Ketua MPR desak polisi segera bertindak kasus pembakar bendera tauhid

23 Oktober 2018 21:54 WIB
Ketua MPR desak polisi segera bertindak kasus pembakar bendera tauhid
Ketua MPR, Zulkifli Hasan. (ANTARA News/Humas MPR)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Zulkifli Hasan, berharap polisi cepat bertindak atas kasus pembakaran berdera bertuliskan tauhid oleh anggota organisasi masa agar kasusnya tidak merembet ke mana-mana.

"Ormas alat perjuangan dan agama kita Islam, jangan dibalik ormas menjadi agama", kata dia, saat berada di Lapangan Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, Lampung, 23 Oktober 2018.

Ia juga mengharapkan agar masyarakat tetap bisa menjaga diri tidak emosi sehingga tidak melebar kemana-mana. Menurut dia, jika ribut terus soal ormas, kapan Indonesia akan majunya.

Ia menegaskan masyarakat bebas menjadi anggota ormas apapun asal tetap menjaga persatuan dan saling menghormati.

Di hadapan ratusan masyarakat, Hasan mengatakan, tugas MPR adalah menjaga persatuan, kekompakan, dan kerukunan masyarakat apalagi di tahun politik. Pada tahun politik masyarakat ada yang sudah memiliki pilihan presiden, wakil rakyat, dan kepala daerah.

"Pemilu rutin digelar jadi peristiwa itu hal yang biasa," ungkapnya.

Calon yang ada, baik presiden, kepala daerah, atau wakil rakyat, menurut Hasan, adalah saudara kita sendiri. "Yang maju adalah saudara sendiri," kata dia.

Pemilu ditegaskan bukan perang jadi jangan ribut dalam masalah Pemilu. "Pilihan boleh beda tetapi merah putih kita satu. Nanti yang menang kita ucapkan selamat," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, dia mengajak pada masyarakat untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila. Dalam nilai-nilai ini ada sikap saling menghormati, menghargai, dan menyayangi satu dengan yang lain.

"Jadikan Pancasila sebagai perilaku", harapnya.

Sebelum memberi sosialisasi pada masyarakat Purbolinggo, Hasan melakukan hal sama di lembaga pendidikan Darun Nasyi'in, Desa Bumi Jawa, Kecamatan Batanghari Nuban, Lampung Timur.

Di hadapan siswa dan siswi sekolah yang menggunakan kurikulum Kementerian Agama itu, dia menceritakan, dulu di nusantara banyak berdiri kesultanan Islam yang makmur. Pada suatu ketika datanglah 11 kapal kayu kecil yang diawaki orang Eropa, Belanda. Mereka mencari rempah-rempah.

Singkat cerita, bangsa asing itu mengadudomba sehingga kesultanan yang ada berantem dan perang sendiri antar saudara hingga akhirnya dijajah selama 350 tahun.

Belajar dari masa lalu, dia mengingatkan kembali agar kita jangan mudah diadudomba.

"Bila kita mau diadudomba maka kita hidup seperti jaman dulu," katanya. 

Agar kita tak mudah diadudomba, kata dia, bangsa ini harus pandai dan cerdas. Untuk itu diharapkan siswa dan siswi di sekolah itu untuk rajin belajar. Kebesaran bangsa bukan ditentukan kekayaan alam yang melimpah namun oleh sumber daya manusianya. 

Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018