Mikroplastik, sebutan untuk partikel tersebut, ditemukan dalam sampel tinja dari segelintir relawan yang berlokasi di Eropa dan Asia, lapor para peneliti.
Penulis penelitian Dr. Phillip Schwabl dari University of Vienna mengatakan bahwa setiap orang dari delapan grup memiliki mikroplastik di tinja mereka, rata-rata sekitar 20 partikel untuk setiap 3,5 ons (99,2 gram) tinja, menurut CBSNews dalam laporannya, Rabu.
Lebih dari 95 persen partikel berasal dari plastik yang digunakan dalam kemasan makanan dan penyimpanan. Plastik-plastik tersebut meliputi polipropilena (PP) dalam tutup botol, polietilena tereftalat (PET) yang digunakan dalam botol minuman, polistirena dalam peralatan dan cangkir plastik, dan polietilena yang digunakan dalam kantong plastik dan wadah penyimpanan.
Schwabl mengatakan bahwa dirinya menemukan data “ajaib”. Namun, terlalu dini menyimpulkan apakah partikel-partikel plastik itu dapat membahayakan orang, ujar Schwabl dan peneliti lainnya.
“Kami melihat semakin banyak bukti bahwa mikroplastik berada dalam tubuh orang. Sekarang, kita perlu memikirkan mengenai bagaimana hal itu berdampak pada kesehatan manusia,” ungkap Kenneth Spaeth, kepala pengobatan okupasi dan lingkungan di Northwell Health di Great Neck, NY.
Penelitian terkini menyusul laporan pekan lalu bahwa mikroplastik ditemukan dalam 90 persen garam meja. Sampel garam dari 21 negara di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Afrika dan Asia dianalisis; dari 39 merek garam diuji, 36 mengandung mikroplastik, berdasarkan laporan National Geographic.
Mikroplastik berakhir pada makanan melalui kemasan plastik, atau bisa masuk ke rantai makanan dengan dimakan oleh kehidupan laut, katan Schwabl.
"Dalam penelitian kami, sebagian besar peserta minum cairan dari botol plastik, tetapi juga konsumsi ikan dan makanan laut adalah hal yang biasa," Schwabl mencatat.
Tidak ada penelitian pada manusia yang menunjukkan bagaimana mikroplastik dapat mempengaruhi kesehatan manusia, kata Schwabl. Tetapi, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa partikel mikroplastik mampu memasuki aliran darah, sistem limfatik dan hati.
“Di dalam usus, mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan usus atau mengubah bentuk vili yang melapisi dinding usus,” kata Dr. Arun Swaminath, direktur Program Penyakit Inflamasi Usus di Lenox Hill Hospital di New York City.
Ada juga beberapa kekhawatiran tentang bahan kimia yang mengganggu endokrin yang terkandung dalam plastik ini, kata Spaeth.
Penelitian pada manusia telah menemukan bahwa bahan kimia ini dapat merembes dari plastik ke dalam makanan yang dimakan orang atau menjadi debu di udara.
"Jelas, setelah itu di saluran pencernaan kita, potensi paparan langsung berpotensi menjadi lebih besar," tegas Spaeth.
Penemuan itu dipresentasikan Senin pada pertemuan tahunan United European Gastroenterology di Wina. Penelitian semacam ini dianggap awalan hingga diterbitkan dalam tinjauan ulang karya ilmiah.
Schwabl dan timnya berharap untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih besar untuk memverifikasi temuan mereka dan untuk mengeksplorasi lebih jauh efek yang mungkin terjadi pada kesehatan manusia.
Baca juga: Lihat warna tinja untuk tahu kondisi tubuh Anda
Penerjemah: Anggarini Paramita
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018